Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Menangkan Jokowi-Ma'ruf, Timses Beberkan Strategi Jitu

Menangkan Jokowi-Ma'ruf, Timses Beberkan Strategi Jitu Kredit Foto: Sufri Yuliardi
Warta Ekonomi, Jakarta -

Lembaga survei Charta Politika merilis hasil survei menyebut sumbangsih cawapres Ma'ruf Amin untuk suara Joko Widodo (Jokowi) masih minim dan hanya sekitar 0,2%.

Wakil Ketua Tim Kampanye Nasional Jokowi-Ma'ruf, Johnny G Plate, mengatakan pihaknya akan melakukan strategi kampanye mikro demi menggaet lebih banyak suara.

"Kita kan punya strategi berjenjang, 3 bulan sudah kita lakukan dalam penetrasi makro, kampanye makro, sekarang kita masuk tahapan kampanye mikro. Kampanye mikro targetnya mikro dan canvas politik. Kiai Ma'ruf akan lebih banyak mengunjungi wilayah-wilayah yang didesain untuk porsi Kiai Ma'ruf," ujarnya di Jakarta, Kamis (17/1/2019).

Johnny yakin strategi kampanye mikro akan berpengaruh terhadap elektabilitas Ma'ruf. Pasalnya, melalui kampanye mikro, paslon dapat berdialog langsung dengan masyarakat.

"Kalau kampanye mikro pasti akan mempengaruhi (elektabilitas) karena kampanye mikro adalah dialog langsung dengan masyarakat, untuk menjawab semua pertanyaan-pertanyaan spesifik," jelasnya.

"Misalnya kalau ke Banten, substansi apa yang dibicarakan di Banten. Kalau ke Jabar, substansi apa yang dibicarakan di Jabar, lebih spesifik lagi, di kabupaten apa, di kecamatan apa, di desa kelurahan apa. Itu sudah spesifik," sambungnya.

Ia menjelaskan, kampanye mikro nantinya akan menggunakan dua strategi, yaitu defensive atau bertahan dan offensive atau menyerang. Strategi defensif akan dilakukan untuk menjaga wilayah yang suaranya aman mendukung Jokowi-Ma'ruf agar tidak terjadi peralihan suara, sedangkan offensive akan dilakukan di wilayah-wilayah yang jumlah pemilih mengambang (swing voter) dan yang belum menentukan pilihan (undecided voter) masih banyak.

"Itu yang akan kami lakukan, canvassing politik. Tidak saja wilayahnya, tapi juga isu-isunya. Ada banyak masyarakat yang masih percaya atau terpengaruh dengan informasi-informasi bias yang begitu derasnya mengisi ruang publik. Ini sebenarnya informasi yang tak didukung fakta-fakta yang valid, atau data komprehensif. Saat itu dijelaskan pada masyarakat, baru mereka paham 'oh ternyata bohong, hoax', di situlah peralihan voters akan terjadi," tutupnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Irfan Mualim
Editor: Irfan Mualim

Bagikan Artikel: