Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Bima Arya: Idealisme Sandiaga Tak Ada, Ideologi Diperjuangkan Beda

Bima Arya: Idealisme Sandiaga Tak Ada, Ideologi Diperjuangkan Beda Kredit Foto: Antara/Sigid Kurniawan
Warta Ekonomi, Jakarta -

Tim Prabowo Subianto-Sandiaga Uno menyebut pasangan nomor urut 02 itu memunculkan fenomena Dwitunggal, layaknya Sukarno-Hatta pada debat perdana Pilpres 2019 lalu.

Direktur Program TKN Jokowi-Ma'ruf Amin, Aria Bima menepis pernyataan tersebut. Menurutnya, sebutan Dwitunggal dalam kepemimpinan nasional untuk pertama kalinya ditujukan kepada pasangan Seokarno dan Mohammad Hatta.

"Dwitunggal itu ditujukan pada Soekarno-Hatta. Demi menghormati keterpaduan beliau dalam perjuangan merebut kemerdekaan," ujarnya di Jakarta, Sabtu (19/1/2019).

Ia menambahkan, Dwitunggal bukan hanya sekedar chemistry atau kecocokan pasangan pemimpin. Hal itu menyangkut peran sejarah, kapasitas, integritas, dan meletakkan dasar negara serta peran merebut kemerdekaan.

"Dwitunggal Prabowo-Sandi itu agaknya hanya dilihat dari sudut chemistry psikologi. Itu pun belum teruji dalam kepemimpinan negara dalam tingkat nasional. Tidak bisa menyebut sepasang capres cawapres sebagai Dwitunggal hanya dari kekompakan debat," jelasnya.

Menurutnya, kekompakan dalam debat dengan kekompakan dalam memimpin negara merupakan dua hal yang berbeda. Tantangan sejarah yang akan menentukan siapa yang sesungguhnya Dwitunggal.

"Bung Karno dan Bung Hatta disatukan oleh roh proklamasi, bukan oleh ambisi yang menghalalkan segala cara untuk meraih kekuasaan," imbuhnya.

Bima menyatakan, tak terlihat adanya simbol perjuangan untuk negara pada Prabowo-Sandiaga yang merupakan syarat mutlak dari Dwitunggal. Ia menilai Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandiaga terlalu memaksakan soal konsep Dwitunggal tersebut.

"Tidak ada satu pun yang bisa mengaitkan itu simbol Sukarno-Hatta. Apalagi dari segi umur, beda jauh. Nggak ada sejarah politiknya, Sandi apa? idealismenya nggak ada. Ideologi yang diperjuangkan ya beda, nggak ada itu simbol," terangnya.

"Tapi monggo kalau mau disimbolkan asal tidak menuai kritik masyarakat. Terlalu dibesarkan dan dipaksakan. Tidak memberi spirit memori Sukarno dan Hatta," tutupnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Irfan Mualim
Editor: Irfan Mualim

Bagikan Artikel: