Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Tantangan PWI di Tengah Arus Idealistis dan Realistis

Tantangan PWI di Tengah Arus Idealistis dan Realistis Kredit Foto: PWI
Warta Ekonomi, Jakarta -

Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) menggelar rapat kerja (raker) pada 21-22 Januari 2019 di Jakarta. Hari ini, Selasa (22/1/2019), puncak raker akan diisi dengan seminar yang mengangkat topik "Peranan Pers di Era Digital dalam Mendukung Pembangunan Daerah" dengan tiga pembicara, Gubernur DKI Jakarta, Ketua Dewan Pers, dan Direktur Utama Bank DKI

Seluruh peserta raker sepakat bahwa dalam menjalankan tugas, pers harus berpegang pada Kode Etik Jurnalistik. Dalam kongres PWI di Solo 2018, satu Kode Etik Perilaku telah ditambahkan. Dua kode etik ini dimaksudkan agar profesi wartawan bisa dijalankan dengan profesional dan berintegritas.

Sangat disesalkan jika pers mengabaikan Kode Etik Jurnalistik demi mengikuti irama kendang pihak lain (polisi), sehingga kehilangan sikap kritis. Contoh terbaru, bagaimana media sosial dan media mainstream beramai-ramai "menghakimi" Vanessa Angel dalam kasus prostitusi online.

Menurut Ketua Dewan Kehormatan PWI Ilham Bintang, saat ini ada tiga kategori ancaman terhadap pers, yakni pemerintah, preman (di belakangnya partai), dan pemilik modal yang 95% berafiliasi pada partai.

Seiring dengan itu, Indek Kebebasan Pers yang diumumkan oleh Dewan Pers menunjukkan bahwa intervensi pemerintah pada media menurun, sedangkan intervensi pemilik media atau pemilik modal pada news room (wartawan) meningkat.

"Diksi 'intervensi, khususnya untuk pemilik media, pemilik modal pada news room, wartawan memancing pro dan kontra. Pihak yang pro, menganut pandangan bahwa pemilik media atau pemilik modal tidak boleh mencampuri idealisme kerja redaksi dan wartawan yang otonom berpihak pada kepentingan umum," jelas Ilham dalam keterangan tertulis.

Sedangkan yang kontra, lanjutnya, melihat secara realistis bahwa usaha media harus dijalankan pemilik modal atau media bersama wartawan agar tetap hidup, apalagi di tengah kondisi pers yang sulit sekarang ini.

Margiono, mantan Ketua Umum PWI, yang kini duduk sebagai Ketua Dewan Penasihat PWI mengingatkan bahwa media tidak hidup di ruang hampa, karena itu wartawan harus belajar pada kondisi riil.

"Sepanjang seseorang menjadi wartawan, ya harus tunduk pada (pemilik) medianya. Kalau tidak mau tunduk, ya bikin media sendiri," ujarnya seraya menambahkan bahwa wartawan harus membela perusahaan supaya tetap hidup.

Baca Juga: Imigrasi Depak WN Turki dari Bali gegara Sembunyikan Buronan

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Rosmayanti

Bagikan Artikel: