Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

AS Masih Pimpin Pasar Teratas, Para CEO Lirik Negara Lain

AS Masih Pimpin Pasar Teratas, Para CEO Lirik Negara Lain Kredit Foto: Shotbycerqueira
Warta Ekonomi, Jakarta -

Hasil survei tahunan ke-22 PwC yang diluncurkan dalam acara World Economic Forum Annual Meeting di Davos, menyebutkan bahwa Amerika Serikat (AS) masih memimpin sebagai pasar teratas untuk pertumbuhan selama 12 bulan ke depan.

Namun, banyak CEO mengalihkan investasinya ke pasar-pasar lain. Hanya 27% dari 1.300 CEO selaku responden yang mendukung AS. Angka ini turun dari 46% pada tahun lalu. Menyusul Tiongkok, yang mengalami penurunan popularitas dari 33% pada 2018 menjadi 24% di tahun ini.

Sebagai akibat dari konflik perdagangan yang berkelanjutan dengan AS, para CEO Tiongkok melakukan diversifikasi pasar pertumbuhannya, dengan hanya 17% yang memilih AS sebagai pasar pertumbuhan, turun dari 59% di tahun lalu.

Ketiga negara lainnya yang sama-sama membentuk lima pasar pertumbuhan terbesar, yakni Jerman sebesar 13% (turun dari 20%), India 8% (turun dari 9%), dan Inggris 8% (turun dari 15%).

"Tren berpaling dari pasar AS dan bergesernya investasi Tiongkok ke negara-negara lain merupakan reaksi terhadap ketidakpastian seputar sengketa dagang antara AS dan Tiongkok," kata Bob Moritz, Global Chairman, PwC.

Seiring indikator-indikator yang memperkirakan perlambatan ekonomi global yang segera terjadi, para CEO telah mengalihkan fokus mereka untuk menavigasi kenaikan populisme di pasar-pasar tempat mereka menjalankan usaha.

Konflik-konflik perdagangan, ketidakpastian kebijakan, dan proteksionisme yang menggantikan terorisme, perubahan iklim, dan kenaikan beban pajak merupakan sederet faktor ancaman pertumbuhan.

Dari antara para CEO yang 'sangat khawatir' terhadap konflik perdagangan, 88% di antaranya secara spesifik khawatir pada isu-isu perdagangan antara Tiongkok dan AS. Sebanyak 98% CEO AS dan 90% CEO Tiongkok menyuarakan kekhawatiran ini.

Di antara para CEO Tiongkok yang 'sangat khawatir' pada konflik perdagangan, sebagian besarnya mengambil pendekatan reaktif yang kuat, di mana 62% menyesuaikan rantai pasokan dan strategi pengambilan sumber dayanya. Sementara 58% CEO menyesuaikan strategi pertumbuhannya dengan berbagai negara yang berbeda-beda.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Rosmayanti

Bagikan Artikel: