Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Forum Ekonomi Dunia WEF Kembali Digelar, Simak Isu-Isu Apa Saja yang Akan Dibahas

Forum Ekonomi Dunia WEF Kembali Digelar, Simak Isu-Isu Apa Saja yang Akan Dibahas Kredit Foto: Antara/Muhammad Iqbal
Warta Ekonomi, Swiss -

World Economic Forum (WEF), forum ekonomi dunia yang mengadakan pertemuan Davos setiap tahunnya masih menjadi salah satu forum terpenting di dunia untuk mengadakan pembicaraan mengenai ekonomi. World Economic Forum Annual Meeting akan berfokus pada ramifikasi strategis Globalisasi 4.0 dan dampaknya pada kerja sama global dan Revolusi Industri 4.0.

Lebih dari 3,000 partisipan dari ranah pemerintahan, warga sipil, seni & budaya dan media berkumpul di kota pegunungan Swiss, Davos, selama lima hari untuk mendiskusikan sejumlah isu mendesak terkait tantangan global.

Tema pertemuan tahun ini adalah Globalization 4.0: Shaping a Global Architecture in the Age of the Fourth Industrial Revolution. Intinya, bagaimana agar manfaat globalisasi dapat dirasakan oleh semua orang, tidak hanya beberapa?

Menurut Kemenkominfo, tema tersebut mengambil konteks di tengah ketidakpastian, kerapuhan dan kontroversi yang ada di dunia.

"Negara-negara saat ini sedang disibukkan dengan penanganan krisis akibat momen perubahan transformatif; menggunakan semangat Davos untuk membangun masa depan yang konstruktif, melalui cara yang kolaboratif," jelas Kemenkominfo dalam keterangan rilisnya di Jakarta, Selasa (22/1/2019).

Kemenkominfo menyatakan, ‘Transformasi’ menjadi kata terbaik untuk mendeskripsikan pandangan geopolitik, ekonomi dan lingkungan hidup ke depannya.

"Kita hidup di tengah dunia dengan memiliki batasan baru yang terus berkembang. Kita sedang berjalan memasuki Revolusi Industri 4.0 yang diwujudkan oleh teknologi tercanggih di berbagai bidang, baik secara fisik, digital maupun biologis – mereka dikombinasikan untuk mencipta inovasi tercepat dengan skala terbesar dalam sejarah peradaban manusia. Secara umum, transformasi ini mengubah cara individu, pemerintahan dan perusahaan berhubungan satu sama lain," berdasarkan keterangan Kemenkominfo.

Kesimpulan yang dinyatakan Kemenkominfo, bahwa kita sedang bergerak cepat menuju fase baru kerja sama global: Globalisasi 4.0. Namun, akankah kehadirannya menyadarkan kita akan perubahan ini dan bekerja sama untuk menghasilkan sejumlah potensi baru bagi kemanusiaan? Atau akankah globalisasi dikalahkan oleh sejumlah krisis geopolitik, ekonomi dan lingkungan hidup, yang bersifat lintas-institusi dan malah menjadi penghalang kolaborasi untuk membentuk masa depan?

ASIA sebagai Blok Baru, telah menjadi topik utama lainnya dalam pertemuan tahunan ini. Alasannya, karena blok ini memiliki rekor yang cukup mengagumkan dalam hal pertumbuhan ekonomi, perkembangan dan kerja sama regional.

Ranah geopolitik bergeser, hubungan ekonomi berevolusi dan transisi demografi terjadi di mana-mana. Dampak negatif dari pertumbuhan pun terasa: Ketidakseimbangan sosial dan masalah pelestarian lingkungan yang makin mendesak. Sama pentingnya adalah disrupsi mendalam pada Revolusi Industri 4.0 yang menyebabkan transformasi yang tersebar luas pada model ekonomi, pekerjaan, kesejahteraan sosial dan sistem pemerintahan. Sesi ini mengumpulkan pemimpin dari berbagai lini; pemerintahan, bisnis dan akademik, di wilayah Asia, untuk mengeksplorasi prioritas bagi wilayah ASEAN tahun 2019 ini, dan bagaimana cara mengembangkan format baru dari kerjasama pemerintahan dengan sektor swasta. 

Terdapat sejumlah inisiatif yang didapat dari keterangan Kemenkominfo:

1. Digital ASEAN

Forum Digital Asian bertujuan mendukung perkembangan ekonomi digital yang nyata di wilayah ini. Proyek ini diluncurkan April 2018 pada sebuah lokakarya di Singapura. Proyek ini dipimpin dan dibentuk oleh Dewan Penasihat yang terdiri atas lima menteri ASEAN, dimana Menkominfo Rudiantara ditunjuk menjadi salah satu anggota dewan.

2. ASEAN Regional Strategic Group

RSG adalah komunitas utama di forum ini, yang terdiri atas para pemimpin pemerintahan, akademik dan bisnis di wilayah ini. Tujuannya adalah untuk menyediakan panduan strategis dalam mendefinisikan visi dan agenda bersama bagi pertumbuhan dan perkembangan ASEAN.

Menteri Koordinator Kemaritiman, Luhut Binsar Pandjaitan, Kepala BKPM, Thomas Lembong, dan Profesor Ekonomi Internasional Universitas Indonesia, Mari Elka Pangestu, merupakan anggota permanen dari kelompok strategis ini.

3. Wadah Interaksi RBC

RBC terdiri atas pada pemimpin di kalangan bisnis yang berkomitmen membentuk agenda regional melalui kolaborasi pemerintahan dan swasta. Dewan ini menyediakan wadah interaksi untuk para anggotanya, membentuk strategi untuk kawasan ini, dan berinteraksi dengan forum sepanjang tahun dan mendorong proyek-proyek untuk merespons isu regional yang telah mendesak.

Annual Meeting yang akan datang, dilandaskan pada lima prinsip dasar: 
1.    Dialog itu penting dan harus beroritentasi pada pemangku kepentingan.
2.    Globalisasi harus bertanggung jawab dan responsif pada persoalan yang ada di wilayah/negara.
3.    Koordinasi internasional harus dikembangkan di tengah absennya kerjasama multilateral.
4.    Merespons tantangan-tantangan terbesar dunia, kita memerlukan upaya kolaboratif antara pelaku bisnis, pemerintah dan masyarakat umum.
5.    Pertumbuhan global harus inklusif dan berkelanjutan

Isu-isu tersebut, bersama sejumlah poin lain seperti menghadapi perubahan iklim, memperbaiki sistem ekonomi dan menyiapkan diri untuk pekerjaan masa depan, akan dieksplorasi dalam lebih dari 400 sesi, yang hampir setengahnya akan disiarkan di situs web.

Daftar hadir tahun ini mencakup 300 orang Kepala Negara dari seluruh dunia dan para tokoh bisnis dunia, antara lain: Bill Gates, George Soros, CEO UBER Dara Khosrowshahi, CEO Goldman Sachs yang baru CEO David Solomon, dan Pendiri Bridgewater Ray Dalio.

Tahun ini, Indonesia menghadirkan sejumlah tokoh dari anggota kabinet maupun mereka yang terseleksi di skala global, antara lain: Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Indonesia, Luhut Binsar Pandjaitan, Menteri Perindustrian, Airlangga Hartarto, Menteri Komunikasi dan Informatika, Rudiantara, dan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal, Thomas Lembong. Dari kalangan akademisi dan praktisi bisnis, Indonesia direpresentasikan oleh Profesor Ekonomi Internasional pada Universitas Indonesia Mari Elka Pangestu, Ketua Kadin Roesan Roeslani, CEO PT Bakrie Global Ventura, Anindya Bakrie, Pendiri & CEO Tokopedia, William Tanuwidjaja, Direktur Grup Lippo, John Riady, dan sejumlah tokoh bisnis papan atas lainnya dari Indonesia.  

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Kumairoh
Editor: Kumairoh

Bagikan Artikel: