Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Ini yang Membuat CEO Global Khawatir

Ini yang Membuat CEO Global Khawatir Kredit Foto: Unsplash/Bernard
Warta Ekonomi, Jakarta -

Seorang Chief Executive Officer (CEO) memiliki tanggung jawab keseluruhan untuk secara efektif mengarahkan perusahaan menuju kesuksesan, dan peran mereka menjadi lebih penting ketika organisasi berekspansi ke wilayah baru. Tetapi pernahkah Anda bertanya-tanya apa yang membuat mereka terjaga di malam hari?

Merujuk data dari Survei CEO global tahunan PwC, yang dirilis bersamaan dengan World Economic Forum (WEF) di Davos, Swiss, menemukan bahwa para CEO dunia semakin khawatir tentang perselisihan perdagangan dan lanskap geopolitik yang tidak dapat diprediksi. Konflik perdagangan, ketidakpastian kebijakan, dan proteksionisme telah menggantikan terorisme, perubahan iklim, dan meningkatnya beban pajak dalam daftar 10 besar ancaman pertumbuhan.

Khawatir akan masa depan

Berdasarkan Survei ke-22 dari 1.378 kepala eksekutif di lebih dari 90 wilayah mengeksplorasi apa yang dikatakan CEO tentang tahun depan. Dilakukan pada bulan September dan Oktober tahun lalu, survei menggali wawasan CEO di bidang-bidang seperti pertumbuhan, data dan analitik, dan kecerdasan buatan.

Para CEO telah mengalihkan fokus mereka untuk menavigasi lonjakan populisme di pasar tempat mereka beroperasi.

“Konflik perdagangan dan proteksionisme adalah keprihatinan utama di Amerika Utara dan Asia-Pasifik dan juga membebani pikiran para CEO di Eropa Barat, Eropa Tengah dan Timur, dan Timur Tengah,” ungkap laporan tersebut yang dilansir dari Entrepreneur.com (24/1/2019).

Kekhawatiran yang dimiliki para CEO tentang bagaimana cara mengamankan bisnis lebih besar daripada kekhawatiran tentang konflik perdagangan antara AS dan China 2018 kemarin.

Ketika merujuk pada pertanyaan bagaimana cara mereka menyesuaikan model operasi dan strategi pertumbuhan terkait hal itu, sebagian besar dari CEO mengatakan, mereka hanya menyesuaikan rantai pasokan dan strategi sumber mereka. Secara global, kurang dari sepertiga dari CEO yang disurvei, mereka memilih mengalihkan strategi pertumbuhan atau produksi mereka ke wilayah alternatif, menunda pengeluaran modal, atau investasi asing.

Perang perdagangan adalah kekhawatiran utama

Para CEO China utamanya banyak yang khawatir tentang konflik perdagangan, mayoritas memilih untuk mengambil pendekatan reaktif yang kuat.

Laporan tersebut mencatat bahwa CEO China menonjol sebagai yang paling proaktif dan kuat dalam menarik setiap tuas. Enam puluh dua persen dari mereka yang khawatir tentang perang perdagangan memilih untuk menyesuaikan rantai pasokan dan strategi pencarian mereka. Sisanya, memutuskan untuk menggeser strategi pertumbuhan mereka ke wilayah alternatif.

Jaime Augusto Zóbel De Ayala, ketua dan CEO Ayala Corporation di Filipina, mengatakan, “Yang menarik, saya percaya bahwa peningkatan yang terjadi antara China dan Amerika Serikat sebenarnya mengarah pada peluang baru di ASEAN. Saya pikir rantai pasokan semakin terganggu, dan saya yakin ASEAN akan menjadi penerima manfaat dari gangguan ini karena perusahaan melihat ke model 'China-plus-one', atau bahkan mungkin mempertimbangkan pindah dari Tiongkok untuk dapat terus menjual ke Amerika Serikat."

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Clara Aprilia Sukandar
Editor: Clara Aprilia Sukandar

Bagikan Artikel: