Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Ini Penyebab Inflasi Jatim yang Bikin Merosot

Ini Penyebab Inflasi Jatim yang Bikin Merosot Kredit Foto: Sufri Yuliardi
Warta Ekonomi, Surabaya -

Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jatim, Difi A. Johansyah mengatakan, selama kurun waktu 4 (empat) tahun terakhir, inflasi Jatim  terkendali dalam batas target dan menunjukkan tren penurunan.

Pada tahun 2018, inflasi Jawa Timur terkendali di 2,86% (year on year), lebih rendah dibandingkan inflasi Nasional yang sebesar 3,13% (year on year).

“Tren penurunan inflasi juga terlihat dari pergerakan inflasi bulanan Jawa Timur dimana rata-rata inflasi bulanan Jawa Timur tercatat terus mengalami penurunan dibanding rata-rata inflasi 5 (lima) tahun terakhir. Hal ini mengindikasikan perkembangan yang sangat positif, yaitu ketahanan ekonomi Jatim dalam meredam tekanan inflasi yang bersumber dari komoditas volatile food(bahan pangan),” ungkap Difi di Surabaya, Kamis (24/1/2019).

Lebih lanjut Difi menjelaskan, harga komoditas strategis Jatim yang relatif terjaga pada level rendah, berpotensi menyebabkan aliran barang keluar dari Jatim (outflow komoditas) cukup tinggi, khususnya ke wilayah yang masuk dalam kategori defisit komoditas.

“Kita harus terus membenahi tataniaga pangan dan memperkuat kelembagaan petani agar dapat memantau pergerakan barang dengan lebih baik dan memastikan kecukupan stok untuk pemenuhan wilayah Jatim,” jalasnya.

Disisi lain Difi mengungapkan nilai inflasi di Jatim selalu lebih rendah di bawah nasional. Pada tahun 2018 inflasi Jatim sebesar 2,86 sedangkan nasional 3,13. Bahkan, Provinsi Jatim kerap menjadi rujukan bagi provinsi lain.

Berkat kepemimpinan Gubernur Jatim Pakde Karwo inflasi Jatim selama 5 tahun terakhir ini sangat baik dan selalu di bawah nasional,” ungkapnya.

Selama lima tahun kedepan sebut Difi, banyak yang harus disiapkan untuk mengendalikan inflasi di Jatim. Diantaranya  yakni peningkatan nilai tambah di petani, integrasi hulu hilir dalam supply chain, serta penggunaan finance technology di sektor pertanian.

Ditambahkan, ke depan akan dilakukan profiling pada petani maupun gabungan kelompok tani (gapoktan) agar bisa dikenal oleh perbankan. Ini penting dilakukan, karena lembaga keuangan butuh profiling untuk memberikan bantuan pembiayaan pada petani.

“Jadi kita akan memperbanyak integrasi di sisi hulunya, dengan cara meningkatkan kapabilitas petani dan mengintegrasikan dengan marketplace,” pungkasnya.

Baca Juga: Imigrasi Depak WN Turki dari Bali gegara Sembunyikan Buronan

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Mochamad Ali Topan
Editor: Vicky Fadil

Bagikan Artikel: