Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Pemprov Diminta Segera Hadirkan Industri Pengolahan Kelapa

Pemprov Diminta Segera Hadirkan Industri Pengolahan Kelapa Kredit Foto: Sufri Yuliardi
Warta Ekonomi, Ternate -

Pemerintah Provinsi (Pemprov) Maluku Utara (Malut) diminta segera menghadirkan industri pengolahan kelapa, karena hanya dengan cara itu harga produk itu, khususnya kopra bisa lebih tinggi.

"Kalau produk kelapa Malut hanya mengandalkan pemasaran dalam bentuk mentah ke provinsi lain, seperti terjadi selama ini maka sulit untuk mendapatkan harga yang tinggi," kata anggota DPRD Malut Irfan Umasugi di Ternate, Minggu (27/1/2019).

Apalagi ongkos pengiriman produk kelapa dari Malut ke daerah pemasaran, seperti Jawa Timur dan Sulawesi Utara cukup mahal, sehingga otomatis para pedagang dan pengusaha di Malut akan membeli dengan yang lebih murah untuk menutupinya.

Menurut dia, kalau di Malut ada industri pengolahan kelapa, para petani kelapa melalui koperasi atau badan usaha di desa bisa langsung menjual produk kelapanya ke industri, sehingga akan mendapatkan harga yang lebih tinggi.

Untuk melindungi petani kelapa di Malut dari kemungkinan industri pengolahan kelapa yang beroperasi nanti memberi dengan harga murah, Pemprov Malut dan pemerintah kabupaten/kota dapat mencegahnya dengan cara membuat regulasi mengenai penetapan harga standar penjualan produk kelapa.

Wakil Gubernur Malut, M Nasir Thaib mengaku Pemprov Malut terus berupaya menghadirkan industri pengolahan kelapa di daerah ini dan sudah ada beberapa investor yang menyatakan minatnya.

Salah satu investor yang berminat membangun industri pengolahan kelapa di Malut adalah investor dari India, bahkan investor itu rencananya pada Februari 2019 akan datang ke Malut untuk membicarakan rencana investasinya dengan pihak Pemprov Malut.

Ia menambahkan, investor yang akan membangun industri pengolahan kelapa di Malut akan diupayakan tidak hanya yang akan mengolah kopra, tetapi juga produk lainnya dari kelapa, seperti sabut dan tempurungnya karena produk ini memiliki pangsa pasar, baik di dalam maupun luar negeri.

Para petani kelapa di Malut dalam beberapa bulan terakhir ini mengeluhkan anjloknya harga kopra sampai pada angka Rp2.000-an per kilogram, sehingga mereka tidak lagi berminat mengolah kopra untuk menghindari kerugian, karena petani bisa menikmati untung kalau harga kopra di atas Rp5.000-an per kilogram.

Baca Juga: Imigrasi Depak WN Turki dari Bali gegara Sembunyikan Buronan

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Kumairoh

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: