Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Fenomena Nurhadi- Aldo, Politik Memang Harus Diolok-olok

Fenomena Nurhadi- Aldo, Politik Memang Harus Diolok-olok Kredit Foto: Antara/Adiwinata Solihin
Warta Ekonomi, Jakarta -

Kemunculan akun capres-cawapres fiktif bernuansa humor di media sosial bernama Nurhadi-Aldo merupakan bentuk narasi alternatif yang ditawarkan warganet (netizen) di tengah kontestasi politik, kata akademisi dari Universitas Jenderal Soedirman, Edi Santoso.

"Narasi alternatif ini berangkat dari adanya narasi yang menjemukan dari kontestasi politik yang sedang berlangsung, yang kemudian mendorong pengguna media sosial untuk menawarkan narasi alternatif," kata Edi Santoso yang merupakan dosen Magister Ilmu Komunikasi, Universitas Jenderal Soedirman di Purwokerto, Minggu.

Dia juga mengatakan, fenomena Nurhadi-Aldo ini, menandakan beberapa hal.

Pertama, pada era digital ini, suara akar rumput mendapat tempat sementara pada era kejayaan media massa, kendali sepenuhnya ada di tangan penguasa atau pemodal yang mempunyai media.

"Sekarang, 'media' adalah kita. Media sosial memberikan peluang akses bagi siapapun untuk bersuara di ruang publik," tuturnya.

Ketika muncul narasi satir Nurhadi-Aldo, kata dia, maknanya bisa beragam. Bisa dimaknai sebagai sebuah ekspresi kritik, alternatif atau bahkan dianggap "nyinyir".

Bahkan, mungkin saja menjadi inspirasi bagi para kontestan sesungguhnya di dunia nyata. Dan yang menarik adalah pesatnya popularitas pasangan capres-cawapres fiktif tersebut.

Dia menambahkan, terlepas dari aspek politik, kemunculan Nurhadi-Aldo adalah kreativitas netizen yang menarik.

"Inisiatornya tahu persis bagaimana cara menarik perhatian netizen. Formulasinya sih standar, unik, lucu, nyambung dengan fenomena kontemporer. Nah, kita lihat, mau dibawa kemana kemudian narasi Dildo ini, apakah untuk kepentingan ekonomi, atau politik, atau tidak keduanya?" ujarnya.

Dia juga menambahkan, sejauh ini, akun Nurhadi-Aldo masih positif, memberikan ruang relaksasi bagi warganet yang terpapar konten keras politik.

"Politik tak melulu harus panas. Kadang perlu kita olok-olok, kita candain, biar asyik," ucapnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Ferry Hidayat

Bagikan Artikel: