Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Nih, Amunisi Rupiah untuk Taklukkan Dolar AS

Nih, Amunisi Rupiah untuk Taklukkan Dolar AS Kredit Foto: REUTERS/Edgar Su
Warta Ekonomi, Jakarta -

Hingga Senin siang, nilai tukar rupiah masih berjaya di hadapan dolar AS dengan nilai apresiasi sebesar 0,19% ke level Rp14.058 per dolar AS. Meskipun nilai apresiasinya menurun, Bank Indonesia menilai performa rupiah hari ini masih stabil. 

Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo, mengemukakan bahwa ada empat amunisi yang menjadi modal bagi rupiah untuk terus bergerak menguat. Amunisi pertama tidak lain adalah kuatnya arus modal asing yang masuk ke Indonesia melalui penanaman modal asing (PMA). Hal tersebut diakui Perry menjadi bukti masih tingginya kepercayaan investor asing terhadap pasar investasi Indonesia.

"Satu bahwa confident investor asing itu terus kuat dan itu terbukti dari terus masuknya aliran modal asing, tidak hanya PMA tapi juga investasi portofolio, baik di obligasi, saham, maupun jenis aset-aset lain," jelas Perry dalam syukuran 64 tahun Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) di Jakarta, Senin (28/01/2019).

Perry menambahkan, sinergi antara Bank Indonesia, OJK, dan pemerintah dalam memajukan prospek ekonomi Indonesia ke arah yang lebih baik juga turut menjadi amunisi bagi penguatan rupiah. Melalui kebijakan yang ada, ketiganya bersinergi untuk meningkatkan ekspor produk dari berbagai sektor, mulai dari otomotif, elektronik, garmen, hingga makanan dan minuman.

Berkembangnya mekanisme pasar menajdi amunisi ketiga bagi pergerakan rupiah untuk terus menguat. Perry menyebutkan, volume transaksi DNDF terus berlangsung sehingga likuiditas valas dipastikan akan tersedia.

"Jadi pasar tidak hanya bergantung pada spot atau swap, tapi juga DNDF," lanjutnya.

Amunisi terakhir yang dikantongi rupiah, yaitu ketahanan eksternal yang terus membaik dari waktu ke waktu. 

"Ketahanan ekstra kita yang semakin membaik, termasuk dari defisit transaksi berjalan yang kita perkirakan lebih rendah maupun juga aliran modal asing, surplus, neraca modal yang semakin bengkak sehingga dari sisi fundamental sendiri, neraca pembayaran itu kondisinya lebih baik," tutupnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Lestari Ningsih
Editor: Lestari Ningsih

Bagikan Artikel: