Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Punya Bisnis di E-Commerce? 6 Tren Perdagangan Digital di 2019 Ini Wajib Diketahui

Punya Bisnis di E-Commerce? 6 Tren Perdagangan Digital di 2019 Ini Wajib Diketahui Kredit Foto: Qlapa
Warta Ekonomi, Jakarta -

Pertumbuhan e-commerce di Indonesia diprediksi meningkat delapan kali lipat dari total pembelanjaan online US$8 miliar di 2017 menjadi US$55-65 miliar di 2020. Begitu juga penetrasi belanja online masyarakat Indonesia yang diramal akan meningkat menjadi 83% dari total pengguna internet atau meningkat sekitar 9% dibanding penetrasi belanja online di 2017.

Untuk itu, enam tren yang akan menjadi sorotan di dunia perdagangan digital di Indonesia pada tahun ini, yang perlu kamu ketahui, yakni

1. Transaksi melalui perangkat mobile meningkat

Indonesia merupakan negara mobile-first, di mana lebih dari 94% masyarakat yang terkoneksi, mengakses internet melalui perangkat smartphone (data Google & Temasek ). Rata-rata masyarakat mereka menghabiskan 4 jam untuk mengakses internet melalui perangkat mobile. Bahkan, 68% masyarakat yang terkoneksi tersebut merupakan online shopper, yang menggunakan perangkat smartphone untuk mencari produk yang diinginkan.

Sementara itu, data transaksi ShopBack menunjukkan aplikasi mobile menyumbang 75% volume pemesanan secara online. Hal ini membuktikan masyarakat semakin tergantung dengan perangkat mobile-nya tidak hanya dalam bersosial media, tetapi juga melakukan transaksi online.

"Saat ini masyarakat lebih rela ketinggalan dompet dibanding ketinggalan smartphone. Karena saat ini segala transaksi pembelanjaan, mulai dari memesan transportasi, bahkan makanan pun dapat dilakukan dengan smartphone," ungkap Indra Yonathan, Country Head of ShopBack Indonesia.

2. Social media commerce masih ada, namun cenderung menurun

Tidak dipungkiri masyarakat Indonesia sangat aktif di media sosial. Berdasarkan laporan We are Social 2018, hampir setengah dari total populasi di Indonesia atau sekitar 130 juta merupakan pengguna aktif media sosial.

Tak ayal, media sosial pun turut menjadi lapak para pelaku UMKM mempromosikan serta menjajakan jualannya kepada pengguna media sosial. Social media commerce ini masih akan tetap bermunculan, namun dalam porsi yang lebih sedikit. Perlahan pelaku UMKM yang berjualan di platform media sosial mulai merambah dan masuk ke dalam platform e-commerce.

"Nilai jual produk lokal yang cukup tinggi pada Harbolnas tahun lalu, membuat UMKM optimis dapat mengembangkan usahanya jika bergabung dengan platform e-commerce. Selain itu, kemudahan pendataan pemesanan serta marketing budget yang secara tidak langsung diberikan platform e-commerce menjadi alasan UMKM mulai mencoba bergabung di platform e-commerce," ujar Yonathan.

3. Logistik berbenah

Industri logistik di Indonesia mengalami perbaikan performa dari tahun ke tahun. Berdasarkan indeks performa industri logistik dari World Bank pada 2018, Indonesia meloncat 17 peringkat ke peringkat 46 di 2018. Sebelumnya pada 2016, Indonesia hanya menduduki peringkat 63 dari 160 negara. Perbaikan performa ini juga tidak lepas dari pola perilaku belanja online masyarakat Indonesia yang menginginkan pengiriman cepat dan aman.

Di tahun ini, pelaku industri logistik akan terus berbenah memberikan pelayanan yang prima dengan memanfaatkan perkembangan teknologi untuk menjawab kebutuhan logistik masyarakat Indonesia. Bahkan, McKinsey memprediksi akan ada lebih dari 1,6 miliar paket yang dikirimkan setiap tahun dari sektor e-commerce pada 2022.

4. Rambah kota-kota luar Pulau Jawa

Dalam beberapa tahun belakang, perdagangan digital masih terkonsentrasi di kota-kota besar di Pulau Jawa. Pada 2019, ada peluang bagi para pelaku e-commerce untuk merambah kota-kota di luar Pulau Jawa. Hal ini diperkuat dengan riset yang dikeluarkan Nielsen pada Desember 2018, terjadi peningkatan transaksi belanja online sebesar 6% di luar Pulau Jawa dibanding tahun sebelumnya, saat pesta belanja online berlangsung.

Peluang ini pun dimanfaatkan pelaku e-commerce bersama pemerintah untuk membina lebih banyak lagi pelaku UMKM di luar Pulau Jawa untuk merambah bisnis perdagangan online.

5. Metode pembayaran agnostik lebih diminati

Pertumbuhan pembayaran digital atau e-wallet pada 2018 menunjukan hasil yang positif, hal ini menjadikan sektor ini menjadi industri yang cukup menjanjikan di Indonesia. Hal ini membuat akan banyak bermunculan perusahaan-perusahan rintisan yang bergerak di bidang digital payment atau financial technology (fintech) di 2019, terutama metode pembayaran yang mendukung perdagangan digital (e-commerce).

Namun, melihat tipikal masyarakat Indonesia yang menginginkan kemudahan dan keamanan dalam bertransaksi, metode pembayaran yang bersifat agnostik akan lebih banyak digemari karena dapat digunakan oleh sumber dana manapun, perangkat mobile merek apapun serta di merchant mana pun.

6. Semakin banyak platform e-commerce menawarkan cashback ke e-wallet mitra

Potongan harga serta cashback masih menjadi alat promosi yang disukai masyarakat Indonesia. Pada 2019, diprediksi akan banyak platform e-commerce yang menawarkan cashback kepada penggunanya. Cashback tersebut nantinya akan masuk ke e-wallet yang tentunya telah bekerja sama dengan platform e-commerce tersebut.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Rosmayanti

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: