Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Konektivitas di Daerah 3T untuk Pemerataan Ekonomi Indonesia

Konektivitas di Daerah 3T untuk Pemerataan Ekonomi Indonesia Kredit Foto: Kemenkominfo
Warta Ekonomi, Jakarta -

Penyediaan akses telekomunikasi dan internet di daerah Tertinggal, Terdepan, dan Terluar (3T) merupakan upaya Kementerian Kominfo dalam membangun dari wilayah terluar Indonesia. Hal itu dilakukan sebagai bentuk pemerataan infrastruktur wilayah 3T agar setara dengan infrastruktur telekomunikasi di Pulau Jawa, yang berujung pada pemerataan ekonomi Indonesia.

Dengan jumlah pulau di kisaran 17 ribu, pemerataan layanan telekomunikasi ke seluruh wilayah Indonesia menjadi tantangan tersendiri. Setidaknya, terdapat sekutar 149.400 lokasi di Indonesia yang membutuhkan layanan internet agar turut mendorong pemerataan ekonomi.

"Terdapat lebih kurang 149.400 lokasi yang membutuhkan layanan internet dengan kapasitas cepat guna mendukung kebutuhan dalam dunia pendidikan, kesehatan, pemerintahan daerah, pertahanan dan keamanan, serta kesehatan. Ke depan diharapkan akan berlanjut pada pemerataan ekonomi," papar Direktur Utama Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi (BAKTI) Kemenkominfo, Anang Latif dalam pernyataan resminya, Jakarta, Rabu (30/1/2019).

Berdasarkan keterangan,hingga Desember 2018, infrastruktur telekomunikasi yang dibangun oleh BAKTI telah menjangkau 15 ribu dari sekitar 22 ribu desa 3T, dan 59 ribu dari sekitar 60 ribu desa non 3T. Sementara, masih ada sekitar 7.300 desa 3T dan 1.200 desa non 3T yang belum tersentuh sinyal. Lebih lanjut, mayoritas layanan Akses Intenet ataupun layanan backhaul BTS masih menggunakan sambungan jaringan satelit hingga saat ini, karena masih banyak daerah yang tidak terjangkau oleh jaringan dengan teknologi terrestrial.

Anang mengatakan, dengan penyediaan kapasitas satelit ini, menjadi sebuah tantangan bagi BAKTI dalam memberikan layanan telekomunikasi yang lebih masif untuk mewujudkan konektivitas nasional.

"Dengan adanya Palapa Ring, seluruh Kab/Kota di Indonesia terkoneksi dengan jaringan serat optik. Meskipun begitu, daerah dengan tingkatan yang lebih kecil, seperti kecamatan, kelurahan, hingga desa belum sepenuhnya terlayani dengan program tersebut," Anang menambahkan.

Secara paralel, BAKTI bekerja sama dengan mitra penyedia VSAT untuk mendistribusikan kapasitas tersebut sebagai bagian ground segment-nya. Dengan skema ini, diharapkan BAKTI mendapatkan efisiensi biaya sehingga dapat memberikan layanan telekomunikasi yang lebih masif.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Tanayastri Dini Isna
Editor: Kumairoh

Bagikan Artikel: