Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Rizal Ramli Tuding Menkeu Tak Bekerja

Rizal Ramli Tuding Menkeu Tak Bekerja Kredit Foto: Sufri Yuliardi
Warta Ekonomi, Jakarta -

Mantan Menteri Koordinator Kemaritiman Rizal Ramli menyinggung utang pemerintah yang saat ini nilainya mencapai ribuan triliun rupiah.

Rizal mengatakan dalam satu hari pemerintah bisa menambah utang baru yang nilainya mencapai Rp1,24 triliun.

"Bagaimana sekarang memiliki cara untuk bisa mengurangi beban utang pemerintah. Satu-satunya cara ya menghentikan pinjaman berbunga tinggi," kata RR sapaan akrabnya.

Menurut dia, harus ada cara-cara inovatif pemerintah dalam kebijakannya. Salah satunya, menghentikan pinjaman dengan bunga tinggi.

Negosiasi dengan mengganti utang mahal dengan utang murah menjadi langkah inovatif lain dan pembangunan infrastruktur sebaiknya dikerjakan oleh swasta agar tak menambah utang.

"Lebih baik swasta yang pinjam dana dan mengerjakan proyek-proyek infrastruktur, jangan BUMN. Langkah lain yang bisa dilakukan untuk mengurangi beban utang itu adalah meningkatkan tax ratio Indonesia menjadi 16-18 persen. Pada saat pemerintahan Presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur) bisa mencapai 12,5 persen dan sekarang 11,5 persen," tuturnya.

Kondisi ini, kata Rizal, menunjukkan menteri ekonomi tak bekerja, hanya fokus kepada hal-hal kecil, pajak pedagang kecil, yang gede-gede tak disentuh, termasuk sektor mineral.

Pada kesempatan itu, Rizal juga menjelaskan soal cuitan di akun twitternya soal yield (imbas hasil) sebesar 11,625 persen. Hal itu ditegaskan bukan merupakan bunga, melainkan utang yang belum lunas yang diterbitkan pada 2009.

"Itu bukan utang baru, melainkan utang yang belum lunas yang diterbitkan tahun 2009. Tetapi pelakunya tetap sama, yang menerbitkan utang lama dengan bunga super mahal itu. Menteri Kuangan selalu menerbitkan utang 2 persen lebih tinggi dari negara yang ratingnya di bawah Indonesia, misalnya Thailand, Filipina, Vietnam. Harusnya surat hutang diterbitkan bunganya lebih rendah," paparnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Ferry Hidayat

Bagikan Artikel: