Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Fintech Asal Inggris Ini Himpun Rp279 Miliar di Pendanaan Seri A

Fintech Asal Inggris Ini Himpun Rp279 Miliar di Pendanaan Seri A Kredit Foto: Tech Crunch
Warta Ekonomi, Jakarta -

Bud, fintech asal Inggris yang membantu menghubungkan aplikasi dan data bank dengan perusahaan fintech dan penyedia layanan keuangan lain, telah menghimpun lebih dari US$20 juta (sekitar Rp279 miliar dengan kurs Rp13.955) dalam pendanan Seri A.

Pendanaan itu didukung oleh sejumlah bank, antara lain: HSBC, Goldman Sachs, ANZ, lengan investasi Investec bernama INVC, dan InnoCelss (cabang usaha korporasi dari Banco Sabadell). Ada pula partisipasi dari Lord Fink, Mantan Kepala Eksekutif Man Group Hedge Fund, serta 9 Yards Capital.

“Hal yang kami lakukan dengan First Direct merupakan karya fitur dan fungsi yang memenuhi regulasi baru, ilmu data, dan koneksi yang relevan dengan layanan fintech dan perbankan,” ujar CTO Bud, George Dunning, seperti dilansir dari TechCrunch pada Senin (4/2/2019).

Permodalan baru itu akan digunakan untuk ekspansi tim Bud. Saat ini perusahaan berupaya untuk menggandakan jumlah karyawan yang telah mencapai 62 orang.

Kepala Bank Digital di HSBC Retail Banking and Wealth Management, Raman Bhatia mengatakan, “Bud telah membantu membentuk pendekatan kami terhadap Open Banking, bekerja bersama kami untuk memberikan layanan yang membuat perbankan lebih mudah bagi pelanggan. Mereka memiliki misi untuk membantu orang-orang memiliki hubungan yang lebih baik dengan layanan keuangan.”

Bud diluncurkan kembali pada 2016 sebagai aplikasi konsumen yang memuat berbagai layanan keuangan. Startup yang berbasis di London itu telah beralih ke platform penawaran kepada bank untuk membantu mereka agar lebih kompetitif di Open Banking/Era PSD2. Teknologinya mengizinkan bank membuat aplikasi dan layanan baru yang memungkinkan pelanggan untuk mengelola semua produk keuangan dalam 1 aplikasi.

“Kami telah membangun sejumlah fitur pengayaan data menggunakan data transaksional untuk memudahkan pengguna. Koneksi dan agregasi akun adalah standar saat ini, jadi kami fokus pada sejumlah hal seperti peningkatan literasi keuangan," ujar Dunning.

Secara singkat, Bud bertindak sebagai lapisan teknologi yang menghubungkan data rekening bank ke layanan keuangan pihak ketiga, termasuk yang disediakan oleh para pemain fintech dan penyedia keuangan konvensional, serta menciptakan pengalaman yang aman untuk konsumen.

“Salah satu fitur bernama Smart Balance menunjukkan kepada pengguna, apa yang dapat mereka belanjakan dengan aman. Sementara, fitur ‘Goals’ membantu mereka menyusun rencana ke depan. Pencari pembayaran regular kami memfilter dan melacak pembayaran tagihan,” kata Dunning.

Berdasarkan keterangan, fitur-fitur itu didukung oleh kemampuan Bud dalam memanfaatkan data untuk mendeteksi pola dan perilaku. Misalnya, mendeteksi seseorang yang pergi ke luar negeri dan menentukan hal yang mereka perlukan di sana.

"Sesuatu yang sederhana seperti mendeteksi apakah seseorang pergi ke luar negeri dan membantu mereka mendapatkan asuransi perjalanan menggunakan layanan dari salah satu mitra kami. Cara itu lebih baik daripada cara tradisional," Dunning menjelaskan.

Selain bermitra dengan First Direct yang dimiliki HSBC, Bud juga bekerja sama dengan bank di seluruh industry. Ditambah, ada 85 perusahaan fintech dan jasa keuangan yang berkolaborasi dengan startup itu, antara lain: fintech Wealthify dan PensionBee, serta perusahaan yang lebih besar seperti Hiscox dan AJ Bell.

"Kami bekerja dengan beberapa bank di seluruh industri, menggunakan perbankan terbuka dan pasar layanan kami untuk memecahkan masalah bagi pelanggan mereka yang tidak bisa diselesaikan sebelum sekarang," kata Co-Founder Bud.

Satu mitra lain yang diungkapkan oleh Dunning, pemerintah Amerika Serikat. Kemitraan itu merupakan bagian dari Rent Recognition Challenge untuk menciptakan solusi dalam membeli rumah.

“Pembeli pemula mengalami kesulitan lebih besar dari sebelumnya. Pekerjaan yang baru saja kami selesaikan dengan The Treasury menggunakan pembayaran sewa untuk membantu orang mengembangkan histori kredit mereka untuk membeli rumah," pungkas Dunning.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Tanayastri Dini Isna
Editor: Kumairoh

Bagikan Artikel: