Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Ada Sentimen Positif, Tapi Rupiah Tak Tertolong

Ada Sentimen Positif, Tapi Rupiah Tak Tertolong Kredit Foto: REUTERS/Edgar Su
Warta Ekonomi, Jakarta -

Sentimen positif baik dari dalam negeri maupun global tak bisa menolong rupiah untuk bangkit dari keterpurukan. Pasalnya, sejak pembukaan pasar spot pagi tadi, rupiah sudah terdepresiasi 0,06% ke level Rp13.925 per dolar AS. 

Padahal, kemarin rupiah bergerak mengesankan hingga menjadi mata uang terbaik di antara mata uang-mata uang lainnya. Bahkan, pada penutupan pasar spot, rupiah mampu menekan dolar AS hingga 0,24%.

Baca Juga: AS-China Makin Mesra, Rupiah Masih Perkasa

Indonesia boleh berbangga dengan capaian pertumbuhan ekonomi yang mencatat produk domestik bruto (PDB) tumbuh hingga 5,17%, namun kebanggaan itu tak berlaku bagi nilai tukar rupiah. 

Baca Juga: Ekonomi RI Tumbuh 5,17%, IHSG Dibuka Hijau Kamis Pagi

Jelang siang, nilai depresiasi rupiah kian menebal. Hingga pukul 09.30 WIB, rupiah tertekan 0,40% ke level Rp13.978 per dolar AS. Tekanan yang diterima rupiah tak hanya datang dari dolar AS. Dolar Australia, euro, dan poundsterling juga turut menekan dolar AS masing-masing sebesar 0,34%, 0,37%, dan0,37%. 

Tak sampai di situ, mata uang-mata uang Asia lainnya seperti tak kenal ampun dalam melemahkan rupiah. Hanya dolar Taiwan yang berbaik hati mengapresiasi rupiah sebesar 0,26%. 

Sementara lainnya, beramai-ramai melawan rupiah. Rupiah melemah 0,24% terhadap yuan, melemah 0,45% terhadap dolar Hongkong, melemah 0,58% terhadap yen, melemah 0,16% terhadap won, dan melemah 0,34% terhadap dolar Singapura. 

Baca Juga: Ekonomi 2018 Tumbuh 5,17%, Rupiah Makin Yakin Jadi Juara

Kini rupiah tengah menunggu uluran tangan untuk dapat bangkit dan merebut kembali kejayaan hari kemarin sebagai mata uang terbaik di dunia dan Asia. 

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Lestari Ningsih
Editor: Lestari Ningsih

Bagikan Artikel: