Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Tak Berpihak, Rupiah Harus Tabah Hadapi Dolar AS

Tak Berpihak, Rupiah Harus Tabah Hadapi Dolar AS Kredit Foto: Antara/Rivan Awal Lingga
Warta Ekonomi, Jakarta -

Pergolakan pasar spot hari ini benar-benar menguji ketabahan nilai tukar rupiah, khususnya di hadapan dolar dan mata uang Asia. Pasalnya, sejak awal perdagangan pagi tadi, rupiah tak sekalipun mendapat kesempatan mencicip zona hijau. Artinya, rupiah masih terjebak di klasemen teratas sebagai mata uang terlemah. 

Baca Juga: Ada Sentimen Positif, Tapi Rupiah Tak Tertolong

Hingga pukul 13.30 WIB, dolar AS masih menekan rupiah hingga mencapai 0,45% ke level Rp13.985 per dolar AS. Tak hanya di hadapan dolar AS, rupiah juga masih tertekan 0,29% terhadap dolar Singapura dan 0,44% terhadap euro. 

Nampaknya, rilis data ekonomi Indonesia yang menunjukkan pertumbuhan PDB sebesar 5,17% belum cukup untuk menarik keyakinan investor terhadap nilai tukar rupiah. Sebab, ada sentimen negatif lain yang membayang-bayangi rupiah, yaitu rilis data neraca pembayaran Indonesia (NPI). 

Baca Juga: Ekonomi 2018 Tumbuh 5,17%, Rupiah Makin Yakin Jadi Juara

Investor kini tengah was-was menanti data NPI yang akan dirilis esok hari. Pasalnya, Bank Indonesia memperkirakan defisit transaksi berjalan masih cukup lebar, yaitu 3% dari PDB.

Alhasil, bukan hanya di hadapan mata uang raksasa dunia saja, rupiah juga terpuruk di hadapan mata uang-mata uang sekawasan, yaitu Asia. 

Sempat menjadi mata uang terlemah di Asia, kini rupiah perlahan naik ke posisi kedua terlemah, di mana rupiah berhasil menguat 0,26% di hadapan dolar Taiwan. Selebihnya, keadaan rupiah justru sebaliknya. 

Rupiah melemah 0,39% terhadap yuan, melemah 0,51% terhadap dolar Hongkong, melemah 0,49% terhadap yen, melemah 0,16% terhadap won, dan melemah 0,49% terhadap dolar Singapura. 

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Lestari Ningsih
Editor: Lestari Ningsih

Bagikan Artikel: