Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Harapan Gapki untuk Sawit Indonesia di 2019

Harapan Gapki untuk Sawit Indonesia di 2019 Kredit Foto: Antara/Wahdi Septiawan
Warta Ekonomi, Jakarta -

Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) menginginkan harga minyak sawit mentah (Crude Palm Oil/CPO) pada tahun ini bisa stabil.

"Kami berdoa supaya harga tahun ini lebih bagus. Minimal semester I US$550 per metrik ton. Syukur-syukur US$570 per metrik ton," kata Ketua Umum Gapki Joko Supriyono dalam konferensi pers di Jakarta, Rabu (6/2/2019).

Joko mengungkapkan harga rata-rata CPO tahun lalu tercatat US$595,5 per metrik ton atau menurun 17% dibandingkan dengan harga rata-rata 2017, yaitu US$714,3 per metrik ton.

Penurunan ini, kata dia, disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain melimpahnya stok minyak nabati dunia termasuk minyak sawit di Indonesia dan Malaysia, perang dagang antara AS dan China, daya beli yang lemah, serta beberapa regulasi negara tujuan ekspor yang turut andil dalam penurunan harga.

Baca Juga: Wow! Produksi CPO 2018 Tembus Rekor Tertinggi

Baca Juga: Ekspor Minyak Sawit Naik Sepanjang 2018, Biodiesel Paling Besar

"Kami akan memastikan faktor-faktor yang mempengaruhi harga tersebut. Di antaranya soal produksi, di mana kami harapkan tidak terjadi stok tinggi dan akhir tahun stoknya cukup aman," tambahnya.

Ia pun menilai masih ada sejumlah tantangan, baik dari dalam dan luar negeri, yang akan dihadapi, di antaranya ancaman ketidakpastian hukum dalam keberlanjutan perkembangan industri sawit, kondisi pasar global komoditas, dan hambatan perdagangan di sejumlah kawasan atau negara tujuan ekspor.

Tantangan berikutnnya, ialah tekanan kampanye negatif yang semakin masif dan mengancam citra industri sawit, hingga implementasi biodiesel yang belum memuaskan.

"Pemerintah diharapkan lebih jeli melihat permasalahan dan diimbau untuk tidak mengeluarkan regulasi-regulasi yang justru menghambat perkembangan industri sawit yang faktanya saat ini merupakan penghasil devisa terbesar," pungkasnya.

Baca Juga: Imigrasi Depak WN Turki dari Bali gegara Sembunyikan Buronan

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Boyke P. Siregar
Editor: Rosmayanti

Bagikan Artikel: