Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Terjawab! Ternyata Ini yang Karyawan Mau, Bukan Perihal Gaji, Tapi....

Terjawab! Ternyata Ini yang Karyawan Mau, Bukan Perihal Gaji, Tapi.... Kredit Foto: Unsplash/Husna Miskandar
Warta Ekonomi, Jakarta -

Ketika Anda berbicara dengan Human Resources Development (HRD) dan bertanya mengenai cara mempertahankan karyawan dalam sebuah perusahaan, tentu mereka akan menjawab itu bukanlah perkara mudah. Terlebih jika karyawan itu berprestasi. Sebenarnya, apa yang karyawan inginkan?

Mengingat persaingan hari ini dan meningkatnya permintaan akan bakat, menjaga karyawan tetap bahagia dan produktif bukanlah hal yang mudah. Insentif moneter, tentu saja adalah hal yang penting, tetapi tidak selalu berubah menjadi bahagia setelahnya.

Baca Juga: Derita Disleksia, Bos Virgin Group Bohongi Karyawan dan Jajaran Direksi

Baca Juga: Karyawan Indonesia Diramal Cicipi Kenaikan Gaji 3,7% Tahun Ini

Baca Juga: Pemuda 22 Tahun Ini Berhasil Pimpin Perusahaan Kaos 4.000 Karyawan

Permintaan nyata

Berdasarkan hasil survei Cloud Computing Amerika, ServiceNow, Inc. terhadap 2.001 pekerja kantor di perusahaan, enam dari 10 pekerja ingin meminta pekerjaan yang lebih bermakna daripada kenaikan gaji kepada atasan mereka (61 persen berbanding 34 persen).

Melansir dari Entrepreneur.com (7/2/2019), pekerja juga mengatakan bahwa mereka menghabiskan 40 persen dari waktu mereka untuk hal-hal biasa, tugas rutin yang tidak memiliki dampak langsung pada tujuan pekerjaan inti, yang menyebabkan hilangnya produktivitas.

Survei mendefinisikan "pekerjaan yang bermakna" sebagai "pekerjaan yang terasa berdampak atau penting bagi Anda, dan di mana Anda merasa Anda berkontribusi pada tujuan yang lebih besar seperti tujuan karier Anda sendiri, tujuan perusahaan Anda, atau masyarakat".

“Karyawan saat ini ingin tahu bahwa mereka menyadari potensi penuh mereka di tempat kerja, dan perusahaan membutuhkan karyawan untuk menjadi yang terbaik. Menciptakan alur kerja digital yang membuat pekerjaan rutin menjadi lebih mudah, lebih sederhana dan lebih cepat membebaskan orang untuk fokus pada aspek pekerjaan yang lebih menantang, penting dan memuaskan,” kata Pat Wadors, kepala pencari bakat di ServiceNow, “begitulah nilai diciptakan. Pengalaman hebat membuka produktivitas, untuk orang-orang dan perusahaan.”

Keseimbangan kehidupan kerja

Survei keluar dengan beberapa temuan menarik. Misalnya, 45 persen responden mengatakan mereka lebih suka membersihkan kamar mandi mereka daripada mencari tahu manfaat HR, sementara 37 persen mengungkapkan mereka lebih suka terjebak dalam lalu lintas daripada memecahkan masalah printer yang rusak sendiri.

Karyawan juga tidak tertarik dengan masalah yang terkait dengan teknologi informasi (TI). Hampir 40 persen mengatakan mereka lebih suka mengantri di DMV daripada memecahkan masalah IT, dan 30 persen lebih suka menerima telepon dari seorang telemarketer daripada membuat komputer perusahaan baru.

Hal itu menunjukkan, setiap karyawan ingin keseimbangan dalam kehidupannya bekerja. Masing-masing tugas sudah dipegang oleh orang yang ahli.

Empati juga penting

Tahun lalu, survei oleh perusahaan teknologi Businessolver menunjukkan bahwa 60 persen pekerja akan bersedia mengambil pengurangan gaji untuk bekerja di perusahaan empati. State of Workplace Empathy 2018 mengungkapkan bahwa 96 persen responden menilai empati (didefinisikan sebagai kemampuan untuk memahami dan mengalami perasaan orang lain) sebagai hal yang penting bagi perusahaan untuk diperlihatkan, dan kepala eksekutif sangat menghubungkan kinerja keuangan perusahaan mereka dengan empati di tempat kerja.

Alasan mereka bisa dimengerti. Indeks empati yang diterbitkan dalam Harvard Business Review menemukan bahwa 10 perusahaan paling empati meningkat nilainya lebih dari dua kali lipat nilai yang ada di bagian bawah indeks, dan mereka menghasilkan 50 persen lebih banyak pendapatan yang ditentukan oleh kapitalisasi pasar, dari satu tahun ke selanjutnya.

“Baik itu menginspirasi inovasi dari karyawan yang termotivasi, terlibat atau memicu laba dan kinerja bisnis melalui produktivitas yang sangat baik, empati dapat berdampak positif pada semua aspek tempat kerja kita dengan membuat karyawan merasa bahwa majikan mereka memahami dan peduli dengan kebutuhan mereka,” kata studi Businessolver

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Clara Aprilia Sukandar
Editor: Clara Aprilia Sukandar

Bagikan Artikel: