Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Ridwan Kamil Ingatkan Bahaya Era Digital terhadap Keutuhan Bangsa

Ridwan Kamil Ingatkan Bahaya Era Digital terhadap Keutuhan Bangsa Kredit Foto: Rahmat Saepulloh
Warta Ekonomi, Bandung -

Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil (Emil), mengatakan era digital tak bisa hanya dilihat potensi besarnya dalam bidang ekonomi, tetapi juga sisi negatifnya. Terutama terkait ancaman terhadap keutuhan Indonesia sebagai bangsa dan negara.

“Kita ini bersatu karena kesamaan nasib. Bukan karena kesamaan bahasa atau suku. Kesamaan nasib itulah yang mengikat kita untuk membuat kesepakatan yang bernama Pancasila. Inilah yang akan kita jaga bersama sampai kapanpun,” kata Emil, sapaan akrabnya, dalam orasi pekerja kreatif yang digagas Asumsi.co di Gedung Sabuga, Institut Teknologi Bandung (ITB), Bandung, Sabtu (09/02/2019) malam.

Para pembicara dalam acara tersebut, antara lain, Wali Kota Bogor, Bima Arya; Wali Kota Purwakarta, Dedi Mulyadi;  Bupati Banyuwangi, Azwar Anas; Founder Lipstick Be Mad, Samira Alatas; Jenderal Viking, Heru Joko; Founder Swara Gembira, Khoirun Nazar; Co-Founder Upnormal, Sarita Sutedja; Content Creator, Eka Gustiwana; CEP IPMI, Jimmy Gani; dan CEO IYKRA, Jimmy Gani.

Emil mengatakan, sudah banyak kisah negara-negara besar yang pecah bahkan musnah, Afghanistan, misalnya. Tujuh suku besar di sana tak pernah berhenti bertikai. Begitu juga Yugoslavia yang kini terpecah menjadi Serbia, Bosnia-Herzegovina, dan Kroasia.

“Di Afghanistan, seminar yang membicarakan industri kreatif seperti ini tak mungkin dilakukan,” imbuhnya

Menurutnya, keragaman suku, agama, bahasa, dan ras, menurut dia, harus dijaga agar industri kreatif bisa terus tumbuh di Indonesia. Selain itu, penguatan SDM juga harus dilakukan. Sebab, manusia Indonesia di masa depan tak hanya harus pintar secara intelektual tapi juga emosional.

“Jangan sampai ketika ditilang, motor dirusak sendiri,” tegasnya.

Adapun Co-founder Asumsi.co, Iman Sjafei, mengatakan era digital memang memiliki sisi gelap yang mengancam. Tapi, digitalisasi justru sangat berperan dalam memperkuat industri kreatif. Disrupsi digital memangkas rantai ekonomi industri kreatif. Efeknya langsung terasa pada kontribusinya pada pendapatan negara.

Pada akhir tahun lalu, kontribusi industri kreatif dalam pendapatan negara mencapai Rp 1.105 triliun. Tahun ini, nilainya bakal jauh lebih besar.

“Tahun ini diperkirakan industri kreatif akan menyumbang Rp 1.200 triliun pada PDB (Produk Domestik Bruto) Indonesia,” ujarnya

Tak heran kini tak terhitung jumlahnya pengusaha muda yang lahir dari industri kreatif. Era digital membuat mereka lebih bebas memilih profesi dan industri kreatif menjadi pilihan utama karir mereka.

“Anak-anak muda sekarang tidak ingin bekerja. Tapi usaha dan pilihannya adalah industri kreatif,” katanya.

Industri kreatif memang didominasi anak muda. Sebanyak 80% pelaku industri kreatif termasuk generasi milenial.

“Sekarang studi dan usaha tidak selalu linier. Apakah mereka yang belajar ilmu ekonomi harus bekerja di bank? Tidak. Justru dengan membuka usaha impact yang mereka hasilkan jauh lebih besar,” pungkasnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Rahmat Saepulloh
Editor: Lestari Ningsih

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: