Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Dari Pengalaman, Pria Ini Punya 3.000 Co-Working Space di 120 Negara Termasuk Indonesia

Dari Pengalaman, Pria Ini Punya 3.000 Co-Working Space di 120 Negara Termasuk Indonesia Kredit Foto: Istimewa
Warta Ekonomi, Jakarta -

Berawal dari pengalamannya yang sedang dalam perjalanan bisnis ke Brussels pada tahun 1989, Mark Dixon mulai memperhatikan permasalahan yang ada di hadapannya. Menurutnya, ada kekurangan ruang kantor yang tersedia untuk pelaku bisnis yang sering bepergian. Sehingga sebagian besar pengunjung bisnis sering dipaksa untuk bekerja dari hotel, yang mungkin tidak nyaman bagi mereka.

Dari permasalahan tersebut, Mark kemudian mengidentifikasi kebutuhan akan ruang kantor yang mudah dikelola dan tersedia bagi perusahaan untuk digunakan secara fleksibel. Dari sanalah akhirnya Mark Dixon mendirikan co-working space (ruang kerja bersama) sebagai pusat bisnis pertamanya yang ia beri nama "Regus" di Brussels, Belgia.

Menurut Mark, industri co-working space merupakan tempat yang tepat baginya untuk bertemu orang-orang baru dari kalangan UKM (Usaha Kecil dan Menengah) ataupun startup dan juga tempat yang tepat untuk networking. Baginya, industri ini dapat membantu mengembangkan bisnis dengan lebih cepat, lebih produktif, dan dapat memperluas jaringan serta menerima klien dalam lingkungan profesional.

"Berada di industri ini berarti kita dikelilingi oleh para profesional dengan pengetahuan dan jaringan yang dapat kita manfaatkan untuk menemukan bakat baru," kata Mark kepada Warta Ekonomi beberapa waktu lalu melalui pesan elektronik.

Ia mengaku optimis dengan bisnis co-working space, mengingat tingginya permintaan untuk pekerjaan yang fleksibel di Indonesia dan secara global.

"Kami juga memahami perlunya Usaha Kecil dan Menengah (UKM) dan pemula untuk mendirikan kantor dan kebutuhan untuk memiliki solusi ruang kantor yang fleksibel. UKM telah meningkatkan 99% dari perekonomian di Indonesia, berkontribusi lebih dari 60% terhadap PDB kita," tuturnya.

Selain itu, di Indonesia sendiri industri startup juga dianggap sangat meyakinkan. Untuk itu Regus menyasar pasar Indonesia untuk memberikan solusi ruang kantor yang fleksibel tanpa pengeluaran modal besar serta menawarkan kepada mereka pilihan skalabilitas.

Meski mengaku tidak ada banyak kompetitor pada saat itu, namun Regus memiliki tantangan yang harus dihadapinya yaitu memastikan bahwa perusahaan terbiasa dengan budaya kerja yang fleksibel, yang agak tidak lazim pada waktu itu. Namun, resesi ekonomi pada awal 1980-an berperan dalam pertumbuhan industri di mana perusahaan mencari cara untuk mengelola arus keuangan mereka dan mengurangi biaya jangka panjang.

Kini Regus telah berhasil memiliki hampir 3.000 kantor di lebih dari 1.000 kota di lebih dari 120 negara termasuk Indonesia.

Baca Juga: Kader Gerindra Gantikan AWK Sebagai Anggota DPD RI, De Gadjah: Efektif Kawal Kebijakan dan Pembangunan

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Ning Rahayu
Editor: Kumairoh

Bagikan Artikel: