Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Haruskah Rupiah Angkat Tangan?

Haruskah Rupiah Angkat Tangan? Kredit Foto: REUTERS/Edgar Su
Warta Ekonomi, Jakarta -

Menyusul rilis data defisit transaksi berjalan (current account deficit) pada kuarta IV tahun 2018 yang mencapai 3,57% dari PDB, investor kian ragu terhadap kekuatan nilai tukar rupiah. 

Bagaimana tidak, menjelang siang, rupiah semakin memprihatinkan dengan nilai depresiasi nyaris menyentuh 1%. Jika sudah begini, haruskah rupiah angkat tangan dan bertekuk lurut di hadapan dolar AS?

Hingga pukul 13.45 WIB, rupiah tertekan 0,52% ke level Rp14.038 per dolar AS. Tekanan tersebut sudah sedikit menurun jika dibandingkan pukul 12.00 WIB tadi yang mencapai 0,59% ke level Rp14.047 per dolar AS. 

Baca Juga: Rupiah Jadi Juara, Juara....

Memang benar, capaian defisit transaksi berjalan kuarta IV ini menjadi yang terdalam sejak kuartal II tahun 2014 lalu. Dengan begitu, dapat dimaklumi jika saat ini rupiah bukan suatu yang menarik untuk dilirik para investor global. 

Hasilnya jelas terlihat pada siang hari ini. Rupiah masih bertahan dengan predikatnya sebagai mata uang terlemah di Asia. Baht adalah mata uang Asia yang paling menekan rupiah, yaitu sebesar 0,65%, lalu diikuti oleh dolar Singapura sebesar 0,52% dan dolar Hongkong sebesar 0,51%.

Begitu pula dengan yuan, won, yen, dan dolar Taiwan yang menekan rupiah masing-masing sebesar 0,49%, 0,40%, 0,32%, dan 0,31%. 

Bisa dikatakan, bak sudah jatuh tertimpa tangga pula. Bagaimanapun, rupiah sudah mengalami kekalahan di kandang sendiri (Asia), ditambah dengan kekalahan rupiah di kandang lawan. 

Alhasil, rupiah kini harus bertekuk lutut pula di hadapan dolar Australia (-0,74%), Euro (-0,58%), dan poundsterling (-0,53%).

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Lestari Ningsih
Editor: Lestari Ningsih

Bagikan Artikel: