Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Asosiasi Health Tech Butuh Standardisasi Data Kesehatan

Asosiasi Health Tech Butuh Standardisasi Data Kesehatan Kredit Foto: Unsplash/Andrew Neel
Warta Ekonomi, Jakarta -

Asosiasi Health Tech Indonesia angkat suara soal rekomendasi klasifikasi data yang disampaikan oleh Center for Digital Society (CfDS) Universitas Gadjah Mada, Senin (11/2/2019). Perwakilan asosiasi meminta para peneliti dalam riset itu untuk memperjelas standardisasi data kesehatan yang dimaksud.

Ketua Asosiasi Health Tech Indonesia Bimantoro berkata, secara prinsip, klasifikasi yang terbagi menjadi data strategis, data tinggi, dan data rendah mudah dimengerti. Namun, menurutnya, kaitan antara data kependudukan dan data kesehatan masih belum jelas.

"Secara prinsip, klasifikasinya mudah dimengerti tetapi data kesehatan memang sangat banyak. Kalau kita bicarakan data kependudukan, apa itu masuk di dalam data kesehatan? Data kesehatan yang mana saja?" tanyanya pada kesempatan yang sama.

Bimantoro menambahkan, dalam pemeriksaan dokter terdapat banyak data. Mulai dari tinggi, berat, tensi, hingga hasil laboratorium yang memuat data spesifik.

Ia pun memaparkan, "Kalau semua data kesehatan tidak ada data kependudukannya, jadi masuk rendah dong? Sebenarnya masalah strategis atau tidaknya, data kesehatan masuk ke klasifikasi mana? Itu yang perlu dijelaskan lebih lanjut sehingga perlu (adanya) standardisasi."

Baca Juga: Klasifikasi Data Bisa Jadi Solusi Kerahasiaan Data Kesehatan?

Lewat sesi diskusi Seminar Diseminasi Hasil Riset dengan tema "Klasifikasi Data di Era Komputasi Awan", Bimantoro juga sempat menanyakan siasat bagi para startup health tech untuk menerapkan klasifikasi data tersebut. Di mana pertanyaan itu dijawab langsung oleh praktisi teknologi Tony Seno.

"Pengembang aplikasi bisa memerhatikan standar global dan standar di Asean sebagai regional. Kalau di Indonesia, ikuti standar ISO regional 27001. Bagusnya menggunakan layanan komputasi awan yang sudah memiliki sertifikasi. Kalau bikin sendiri, membutuhkan waktu yang lebih panjang," jelas Tony.

Saat ini, sudah ada sekitar 30 startup di bidang health tech yang termasuk dalam bagian Asosiasi Health Tech Indonesia. Sebelumny, Menkominfo Rudiantara menyebutkan health tech dan edutech berpotensi menjadi unicorn Indonesia yang selanjutnya.

Baca Juga: Imigrasi Depak WN Turki dari Bali gegara Sembunyikan Buronan

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Tanayastri Dini Isna
Editor: Rosmayanti

Bagikan Artikel: