Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Bisnis Frozen Food di Asia Pasifik Mengudara, Boleh Nih Dicoba

Bisnis Frozen Food di Asia Pasifik Mengudara, Boleh Nih Dicoba Kredit Foto: Unsplash/Lukas
Warta Ekonomi, Jakarta -

Konsumen saat ini banyak yang menyukai kemudahan. Hal itu ternyata juga berlaku untuk makanan. Itulah sebabnya bisnis makanan beku (frozen food) memberikan peluang.

Baca Juga: Mantul! Ini Dia Makanan Khas Indonesia yang Bikin Obama Hingga Park Bo Gum Jatuh Cinta

Dari makanan penutup beku hingga makanan pembuka terjadi pertumbuhan di pasar global dan Asia-Pasifik (APAC), khususnya, sedang meningkat. Dengan studi dan laporan industri, pasar makanan beku APAC diperkirakan mencapai $57,02 miliar pada tahun 2018 dan diproyeksikan mencapai $83,46 miliar pada tahun 2023, pada CAGR 7,92 persen untuk periode dari 2018 hingga 2023.

Berikut adalah tren utama yang akan mendorong pasar tersebut di tahun ini:

Konvergensi Kenyamanan dan Kesehatan

Meskipun konsumen saat ini sadar akan kesehatan dan lebih suka memasak di rumah untuk mengonsumsi lebih sedikit makanan olahan, masih ada permintaan untuk kenyamanan. Meningkatnya ketersediaan produk beku yang tinggi protein, rendah kalori, rendah lemak, serta yang memenuhi persyaratan diet tertentu seperti susu, vegan, bebas gula, bebas gluten, produk nabati, membuat segmen ini menarik bagi pelanggan.

Baca Juga: Kenaikan Bahan Makanan Sumbang 0,92% Inflasi Januari 2019

Dengan penambahan bahan-bahan yang lebih baik untuk konsumen, produsen makanan beku akan mampu mengalahkan beberapa hambatan di masa lalu untuk konsumen memutuskan membeli.

Permintaan Produk Alami dan Bebas Pengawet

Permintaan akan bahan-bahan segar dan alami serta produk yang diternak / tumbuh secara organik terus meningkat. Namun, produk tersebut memiliki umur simpan yang lebih pendek dan tanpa penambahan bahan pengawet dan stabilisator akan rentan terhadap pembusukan yang cepat dan menghasilkan limbah. Tetapi aditif ini mengurangi nilai gizi produk. Karena itulah pembekuan dengan cepat muncul sebagai alternatif pengawet.

Baca Juga: Tidak Ikuti Jejak Munchery, Startup Makanan Asia Ini Raih $4 Juta dan Kokoh Bertahan

Teknologi pembekuan canggih seperti IQF (Individual Quick Freezing) biasanya menjaga nutrisi dari produk yang baru dipetik tetap utuh, sementara produk segar dapat duduk di transportasi atau toko bahan makanan selama berhari-hari, kehilangan nutrisi dan kesegaran di sepanjang jalan.

Faktanya, dua penelitian terbaru membandingkan kandungan nutrisi buah-buahan dan sayuran beku dengan rekan-rekan segar mereka dan menemukan bahwa buah-buahan dan sayuran beku unggul secara nutrisi atau setara dengan rekan-rekan segar mereka.

Peningkatan Adopsi oleh Milenial

Menurut sebuah studi oleh RBC Capital Markets, volume penjualan telah tumbuh untuk pertama kalinya dalam lima tahun. Dan milenial menghabiskan sembilan persen lebih banyak dalam perbelanjaan untuk makanan beku tahun lalu daripada kelompok lain, menurut Reuters.

Baca Juga: Kerja Serabutan Jadi Reviewer Makanan, Gadis Ini Peroleh Uang yang Jumlahnya "Mantap Betul"

Salah satu alasan terbesar mengapa generasi milenial mengambil makanan beku karena mereka tidak punya waktu untuk membuat makanan lengkap dengan daging segar dan hasil bumi. Selain itu, makanan beku juga merupakan cara mudah untuk mengontrol porsi, dan biasanya hanya ada sedikit limbah.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Clara Aprilia Sukandar
Editor: Clara Aprilia Sukandar

Bagikan Artikel: