Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Dolar AS Mulai Lelah, Tapi Rupiah Masih Kalah

Dolar AS Mulai Lelah, Tapi Rupiah Masih Kalah Kredit Foto: Unsplash/Vladimir Solomyani
Warta Ekonomi, Jakarta -

Setelah hampir satu pekan menunjukkan kegagahannya, dolar AS nampak sudah mulai kelelahan di hadapan rupiah. Meskipun masih terapresiasi, kini nilai apreasiasinya itu amat tipis dan rentan berbalik menjadi depresiasi.

Rupiah hanya perlu sedikit keyakinan dari para investor untuk dapat melawan dolar AS. Pasalnya, kini rupiah telah mengikis nilai depresiasi di hadapan dolar AS hingga nyaris menyentuh 0,00%. 

Baca Juga: Nasib Rupiah: karena Nila Setitik, Rusak Susu Sebelanga

Hingga pukul 15.11 WIB, depresiasi rupiah terkikis signifikan menjadi 0,02% ke level Rp14.043 per dolar AS. Ini merupakan capaian yang patut diapresiasi.

Sayangnya, rupiah tak benar-benar menang melawan dolar AS. Dalam sekejap, depresiasi rupiah kembali menebal menjadi 0,14% ke level Rp14.060 per dolar AS.

Meskipun begitu, rupiah akhirnya mengeluarkan amunisi di hadapan mata uang Asia. Alhasil, kini rupiah bukan lagi menjadi mata uang terlemah di Asia karena telah terapresiasi 0,10% di hadapan yen, 0,17% di hadapan ringgit, dan 0,07% di hadapan dolar Taiwan.

Bagiamana dolar AS tak lelah jika harus menghadapi serangan dari mata uang dunia dan Asia secara bersamaan dalam satu waktu?

Baca Juga: Rupiah Jaga Gawang! Jangan Mau Kebobolan Lagi

Hasilnya bisa ditebak, kini dolar AS melemah di hampir seluruh mata uang. Dolar AS melemah 0,25% terhadap dolar Australia, 0,04% terhadap euro, dan 0,09% terhadap poundsterling. 

Begitu pun dolar AS di hadapan mata uang Asia. Dolar AS takluk 0,11% terhadap dolar Kanada, 0,14% terhadap yuan, 0,10% terhadap won, 0,07% terhadap dolar Singapura, dan 0,19% terhadap baht. 

Hanya dolar Hongkong, yen, dan dolar Taiwan yang belum mampu ditaklukkan dolar AS dengan nilai apresiasi sebesar 0,01%, 0,24%, dan 0,07%. 

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Lestari Ningsih
Editor: Lestari Ningsih

Bagikan Artikel: