Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Buntut Tarif Ojol Naik, Jumlah Penumpang Tergerus, Siapa Bakal Sejahterakan Pengemudi?

Buntut Tarif Ojol Naik, Jumlah Penumpang Tergerus, Siapa Bakal Sejahterakan Pengemudi? Kredit Foto: Go-Jek
Warta Ekonomi, Jakarta -

Pemerintah sebaiknya tidak gegabah menetapkan regulasi dalam bisnis ojek online (ojol), terutama soal tarif. Rencana penetapan batas atas dan batas bawah tarif angkutan roda dua tersebut berpotensi menggerus jumlah pengguna moda tersebut.

Hal itu dikemukakan oleh Ekonom Universitas Indonesia (UI) Fithra Faisal dalam konferensi pers di Jakarta, Senin (11/2/2019).

Ia mengatakan bila wacana kenaikan tarif tersebut dilakukan akan berdampak pada berkurangnya permintaan ojol. Dampak lainnya, tentu saja akan menghilangkan penghasilan pengemudi karena konsumen enggan menggunakan ojol lagi.

"Risiko regulasi yang terlalu membatasi dan tarif yang tinggi akan mengakibatkan konsumen beralih, pendapatan pengemudi hilang, hingga kemudian menjadi beban pemerintah juga pada akhirnya," kata Faisal.

Baca Juga: YLKI Takut Tarif Baru Ojek Online Sepi Order, Bagaimana Go-Jek dan Grab?

Baca Juga: 74% Konsumen Tolak Kenaikan Tarif Ojek Online

Sebelumnya, lembaga spesialis isu sosial ekonomi Research Institute Of Socio-Economic Development (RISED) melakukan survei tentang wacana kenaikan tarif ojol dengan melibatkan 2.001 konsumen pengguna ojol di 10 provinsi. Survei ini dilakukan untuk menjawab dampak dari berbagai kemungkinan kebijakan ojol dan respons konsumen terhadapnya.

Hasilnya, mayoritas pengguna jasa ojol merasa tarif saat ini yang sekitar Rp2.200 per kilometer (km) sudah tepat. Rencana kenaikan tarif hingga Rp3.100 per km justru berpotensi menurunkan permintaan ojol.

Ketua Tim Peneliti RISED, Rumayya Batubara mengungkapkan bahwa sekitar 45,83% responden mengatakan tarif sudah sesuai, 28% tarif saat ini mahal dan sangat mahal, serta 16,19% menyatakan murah dan sangat murah.

"Dari hasil tersebut, dapat disimpulkan ada sekitar 74% konsumen berpotensi menolak kenaikan tersebut," kata Rumayya.

Hasil survei juga menyebutkan hanya 48% responden yang mau mengeluarkan biaya tambahan kurang dari Rp5.000 per hari dan 23% tidak mau mengeluarkan biaya tambahan sama sekali.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Boyke P. Siregar
Editor: Rosmayanti

Bagikan Artikel: