Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Kesejahteraan Petani Era Jokowi Lebih Tinggi Dibanding Zaman SBY

Kesejahteraan Petani Era Jokowi Lebih Tinggi Dibanding Zaman SBY Kredit Foto: Antara/Dedhez Anggara
Warta Ekonomi, Jakarta -

Kesejahteraan petani di era pemerintahan Joko Widodo tercatat lebih baik apabila dibandingkan dengan masa pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono.

Peneliti Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, Adang Agustian, mengatakan nilai tukar petani pada periode 2015-2019 lebih besar dibandingkan dengan NTP pada periode 2010-2014. Perbandingan ini dilakukan dengan menggunakan tahun dasar yang sama, yakni 2007 (2007=100).

"(Berdasarkan laporan BPS), diperoleh informasi bahwa dalam periode 2015-2019 besaran nilai NTP selalu lebih tinggi dibandingkan dengan periode 2010-2014," katanya dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Rabu (13/2/2019).

Baca Juga: Januari 2019, Nilai Tukar Petani Naik 0,16%

Adang Agustian mengatakan perlu kehati-hatian dan kecermatan dalam menyajikan serta membandingkan data NTP apabila menggunakan tahun dasar yang berbeda. Hal itu karena penggunaan tahun dasar yang berbeda tidak mencerminkan perkembangan NTP yang sesungguhnya. Adapun, penghitungan NTP periode 2015-2019 kerap menggunakan tahun dasar 2012.

Apabila menggunakan 2007 sebagai tahun dasar perhitungan maka tercatat, pada tahun ke-1 (th-I), nilai NTP periode 2015-2019 lebih tinggi 5,1% dari periode 2010-2014, yaitu 106,92 berbanding 101,78. Kemudian pada th-II lebih tinggi sekitar 2,3%. Selanjutnya pada th-III dan th-IVĀ  nilai NTP periode 2015-2019 juga lebih tinggi masing-masing sebesar 1,3% dan 2,8% dari periode 2010-2014.

Demikian juga halnya pada th-V, dengan menggunakan data Januari 2019, di mana nilai NTP periode 2015-2019 juga lebih tinggi 1,3% dari periode 2010-2014.

"Dari hasil perhitungan ini maka terlihat dengan jelas bahwa dalam periode 2015-2019 pada setiap tahunnya besaran NTP selalu lebih tinggi dari periode 2010-2014," ujarnya.

Ia mengatakan peningkatan daya beli petani ini tidak terlepas dari upaya pemerintah meningkatkan produksi dan mengendalikan harga di tingkat petani maupun konsumen. Pemerintah telah melakukan berbagai upaya untuk mengurangi disparitas yang tinggi antara harga di tingkat petani dan konsumen.

"Hal ini, dikarenakan Kementerian Pertanian secara kontinyu memberikan insentif bagi petani di antaranya melalui pemberian bantuan sarana produksi (saprodi) dan alat mesin pertanian," sebutnya.

Baca Juga: Kementan Hadirkan GPS Tracking untuk Lacak Alat Mesin Pertanian

Tercatat, sejumlah program terobosan yang dijalankan Kementan selama empat tahun dan berjalan lima tahun dirasakan sangat efektif dalam meningkatkan produksi pertanian yang hampir merata pada semua komoditas. Ia menegaskan ini tentu tidak lepas dari kerja keras dan kerja sama yang dijalin berbagai pihak, terutama petani sebagai penggerak utama sektor pertanian.

"Pemerintah melalui Kementerian Pertanian tampaknya terus konsisten untuk menjalankan berbagai program aksi sehingga target-target produksi yang telah ditetapkan bisa tercapai," pungkasnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Cahyo Prayogo
Editor: Cahyo Prayogo

Bagikan Artikel: