Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Direktur Twitter Sebutkan Kegagalan Besar Perusahaan Teknologi

Direktur Twitter Sebutkan Kegagalan Besar Perusahaan Teknologi Kredit Foto: Reuters/Thomas White
Warta Ekonomi, California -

Direktur Eksekutif Twitter Inc, Jack Dorsey, Selasa (12/2/2019), mengatakan bahwa perusahaan-perusahaan teknologi di Silicon Valley, termasuk perusahaannya, belum melakukan upaya yang cukup untuk melindungi korban pelecehan daring (online).

Dorsey juga menyebut hal itu sebagai "kegagalan besar." Dalam wawancara melalui Twitter dengan Kara Swisher, Dorsey berkicau bahwa dia akan memberi perusahaannya nilai "C" sebagai tanggapan atas pertanyaan Swisher terkait "tanggung jawab teknologi".

Swisher adalah salah satu pendiri laman berita teknologi Recode.

"Kami membuat kemajuan, tapi tidak terfokus, dan masih belum cukup," tulisnya sebagai tanggapan atas pertanyaan Swisher.

"Mengubah pengalaman masih belum bermakna. Dan kami masih menempatkan sebagian besar beban kepada para korban pelecehan (itu kesalahan besar)," tulisnya.

Twitter dan jejaring media sosial Facebook Inc. telah menuai kritikan atas pesan-pesan pelecehan, akun palsu, dan pemberitaan yang tidak akurat di layanan mereka.

Twitter telah melakukan investasi besar untuk memperbaiki hal yang Dorsey gambarkan sebagi "kesehatan bersama" Twitter.

Pada Selasa, Dorsey mengatakan bahwa ia tidak menyukai cara Twitter, yang cenderung memicu kemarahan, menghadirkan pola pikir jangka pendek, menjadi ruang yang menggemakan, dan memotong-motong pembicaraan. Selain itu, menurut Dorsey, kurangnya keragaman di Twitter Inc. juga tidak menyelesaikan permasalahan itu.

Menurut dia, upaya Twitter untuk bekerja melawan "otomatisasi dan kampanye terkoordinasi", bekerja sama dengan sejumlah lembaga pemerintah membuat perusahaan itu berada di posisi yang lebih baik dalam memerangi ancaman kesalahan informasi dalam pemilu presiden AS 2020 mendatang.

Sejumlah badan intelijen AS sebelumnya melaporkan bahwa Rusia "menggunakan media sosial untuk membuat bingung para pemilih". Moskow, di sisi lain, membantah tuduhan itu.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Kumairoh

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: