Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Peternak Ayam Blitar Sumringah Dapat Solusi Jagung

Peternak Ayam Blitar Sumringah Dapat Solusi Jagung Kredit Foto: Antara/Aji Styawan
Warta Ekonomi, Jakarta -

Peternak ayam layer (petelur) Blitar, Jawa Timur telah menemukan solusi pasokan jagung pakan. Ke depan peternak salah satu sentra produsen telur ayam di tanah air ini, akan tidak lagi kerepotan mendapatkan pasokan jagung pakan untuk ayam-ayam ternaknya.  

"Alhamdulillah terimakasih pada Pak Menteri, Pak Presiden yang telah membantu kami. Yaitu menjadi semacam kerjasama antara kami peternak Blitar yang mana butuh jagung, dengan Pemerintah Lamongan yang mana di sini adalah merupakan produsen jagung," ujar Sukarman, Ketua Koperasi Peternak Unggas Sejahtera (Putera) Blitar.

Solusi pasokan jagung ini didapat setelah Sukarman ikut menyaksikan Menteri Pertanian (Mentan) Amran Sulaiman panen jagung di Kabupaten Lamongan, tepatnya di Desa Mojorejo Kecamatan Modo Kabupaten Lamongan, Jawa Timur Rabu awal Februari (6/2/2019) lalu. 

Mendengar keluhan Sukarman mengenai kesulitan jagung pakan yang masih dialami peternak ayam mandiri di Blitar, Mentan Amran segera memberi solusi konkret. Di lokasi panen Amran meminta langsung dibuatkan kesepakatan kerjasama pembelian jagung antara petani di Lamongan, dengan peternak ayam layer di Blitar. Bulog diminta berada di tengah, untuk memastikan jagung petani Lamongan benar disalurkan ke peternak ayam Blitar. 

"Sekarang petani tidak lagi was-was saat panen musim penghujan (jagungnya-Red) tidak bisa jual. Dan bagi kami pasokan jagung tetap tersedia," kata Sukarman. 

Sukarman bercerita, yang berjalan selama ini masing-masing bekerja sendiri-sendiri. Petani bekerja sendiri saat berusaha menjual jagungnya di musim penghujan, peternak Blitar juga bekerja sendiri mencari jagung ke mana-mana. Tidak ada kerjasama. 

"Kami saat ini pun siap menerima 10 ribu ton jagung untuk kebutuhan pakan. Kami berharap seminggu yang akan datang mulai ada pengiriman setelah ada MoU, sampai batas 10 ribu ton. Jadi 10 ribu ton itu jangka waktu 3 minggu. (Setelah) selesai, perbaharui lagi," ungkap Sukarman semangat. 

Perhari peternak ayam layer mandiri di Blitar membutuhkan sebanyak 1.200-1.500 ton per hari. Mewakili peternak Blitar, Sukarman berharap model kerjasama sebagai solusi yang baru pertama kalinya dibuat Kementan ini, dapat ditularkan ke daerah-daerah sentra peternakan ayam lainnya.

"Mudah-mudahan ke depannya kami peternak ayam Blitar tidak kesulitan jagung lagi. Karena produsen (jagung) dari Lamongan langsung kita beli melalui melalui Bulog. Ini belum pernah ada sebelumnya, ini terobosan yang terbaik menurut saya," tambahnya. 

Untuk kelancaran dan keberlanjutan realisasi kesepakatan, Mentan Amran meminta agar segera dikirimkan bantuan berupa 10 traktor untuk menanam jagung, dan bantuan 20 dryer (pengering) diberikan pada peternak Blitar dan petani Lamongan. 

"Ini manfaatnya pada saat panen di musim penghujan, jagung diserap oleh Bulog, masuk ke dryer untuk kemudian kami peternak Blitar beli. Ini keuntungannya," kata Sukarman. 

Betul kata Sukarman. Bukan hanya peternak Blitar yang sumringah, petani jagung Lamongan juga kebagian berkah. Dengan adanya kesepakatan pembelian jagung ini petani kini tak lagi repot menjual hasil panennya. Terlebih saat ini kondisi pertanaman jagung di Lamongan sedang berada dalam kondisi yang sangat baik. 

"Lamongan sekarang ini memang lagi top-nya jagung. Dari satu hektar bisa dapat 9-10 ton," ujar Tamijo, ketua Kompok Tani (Poktan) Rekso Mulyo Bendo,  Desa Mohorejo Kecamatan Modo, Kabupaten Lamongan. 

Ia mengingat dahulu petani tak semangat menanam jagung karena harga jagung jatuh. Tetapi kini kebijakan Pemerintah mempengaruhi stabilitas harga yang menguntungkan bagi petani. 

"Kalau dulu karena banyak impor, jagung jadi murah. Sekarang kan Pemerintah membatasi impor, jadi harga terjaga," kata Tamijo.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Annisa Nurfitri
Editor: Annisa Nurfitri

Bagikan Artikel: