Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Pengamat: Jokowi Lebih Kuasai Materi Debat, Tapi..

Pengamat: Jokowi Lebih Kuasai Materi Debat, Tapi.. Kredit Foto: Antara/Akbar Nugroho Gumay
Warta Ekonomi, Jember -

Pengamat ekonomi Universitas Jember Aditya Wardhana PhD mengatakan calon presiden nomor urut 1 Joko Widodo lebih menguasai materi Debat Capres putaran kedua dengan tema energi, pangan, infrastruktur, sumber daya alam, dan lingkungan hidup.

"Secara umum, Jokowi lebih memaparkan masalah dengan solusi yang sudah dilakukan dengan data yang dimiliki dan itu memang kelebihan petahana, sehingga berhasil merangkai capaian-capaian dengan pernyataan yang terkonstruksi dengan baik," katanya di Kampus Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Jember (Unej), Jawa Timur, Senin.

Saat ditanya soal penyelamatan sumber daya alam (SDA) terutama kelautan, lanjut dia, capres nomor 1 menyampaikan sejumlah data bahwa selama empat tahun terdapat 7.000 kapal asing yang melakukan "illegal fishing" di perairan Indonesia dan telah ditertibkan, di antaranya 488 kapal yang dibakar dan ditenggelamkan. "Capres nomor urut 2 masih banyak berkutat masalah ide besar dan retorika atas masalah atau isu yang dikemukakan, namun keunggulan Prabowo Subianto lebih kalem dan tenang dalam memaparkan visi atau menjawab pertanyaan," tuturnya.

Ia mengatakan perbedaan itu terlihat menonjol, namun konsep besar kedua capres dalam visi dan misinya belum bisa diturunkan menjadi sebuah peta jalan (roadmap) yang jelas yang dapat menjadi adu konsep yang solutif dan terarah yang bisa menjadi menarik untuk dipaparkan kepada masyarakat.

Aditya juga menjelaskan paparan petahana yang disertai data seperti membebaskan masalah keterpurukan nelayan dengan bank mikro nelayan dan pembebasan izin nelayan kecil kurang dari 10 GT yang merupakan keberpihakan yang konkret, kemudian visi tentang tranformasi energi dari B-10 ke B-100 sebagai langkah konkret pengganti energi fosil, serta penertiban 11 perusahaan yang melanggar lingkungan hidup dengan dengan nominal Rp18 triliun.

"Meskipun demikian, ada beberapa koreksi yang perlu diperhatikan dan data-data yang dikemukakan oleh capres nomor urut 1, juga perlu dilihat ulang dan dicocokan kebenarannya," katanya.

Ia menyayangkan tidak adanya respon yang sifatnya mempertanyakan atas data-data numerik yang dikemukakan capres atau isu-isu yang dikeluarkan tidak mendapat tanggapan yang responsif, bahkan tidak menggunakan waktu dengan baik.

"Debat menjadi tidak menarik karena begitu banyak isu yang dilempar, tapi tanggapan atas isu tersebut tidak mengerucut, bahkan keluar dari isu yang ditentukan. Untuk itu, debat berikutnya seharusnya lebih banyak mengemukakan proposal kebijakan sehingga lebih bernas," ujarnya.

Sebagai bahan pertimbangan calon pemilih, lanjut dia, debat putaran kedua tersebut diharapkan memiliki peluang konkret dari dua kubu dan secara umum debat kedua menjadi lebih menarik dibandingkan debat pertama.

"Namun yang menjadi pertanyaan adalah sejauh mana menurunkan tensi militansi/ideologis dari memahami debat dengan meningkatkan rasionalitas atas kualitas calon presiden yang berani menghadapi masalah dan solutif memecahkan masalah bangsa," katanya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Ferry Hidayat

Bagikan Artikel: