Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Sesungguhnya Prabowo Berpeluang Pukul Jokowi, Cuma...

Sesungguhnya Prabowo Berpeluang Pukul Jokowi, Cuma... Kredit Foto: Antara/Rivan
Warta Ekonomi, Kupang -

Akademisi Universitas Katolik Widya Mandira Kupang Mikhael Bataona mengatakan Calon Presiden Prabowo Subianto sesungguhnya memiliki peluang untuk mematahkan jawaban-jawaban Capres Jokowi.

"Prabowo sebenarnya punya peluang untuk mematahkan jawaban-jawaban Jokowi dengan mengeksplorasi program kerja Jokowi-Jusuf Kalla dalam 4 tahun terakhir ini," kata Mikhael Bataona di Kupang, Selasa (19/2/2019).

Namun, lanjut dia, Prabowo Subianto terlalu menggunakan perasaan sehingga terkesan agak melankolis. Padahal, hukum utama dalam debat adalah tidak boleh menggunakan perasaan untuk menghadapi jawaban lawan debat. Pasalnya, perasaan bisa membuat yang bersangkutan menjadi lunak dan menyerah pada argumentasi lawan.

Dalam debat-debat Pilpres Amerika Serikat, kata dia, rasa iba dan permainan perasaan tidak dipakai dalam forum debat tersebut. Mereka saling serang secara "brutal", bahkan hal ini diizinkan. "Di Indonesia tidak harus seperti Amerika Serikat. Akan tetapi, minimal debat dengan tensi tinggi dan menghentak perlu dimunculkan untuk menguji sejauh mana struktur berpikir calon presiden kita," katanya.

Baca Juga: Harusnya Prabowo Pukul Jokowi Pakai Data Pangan, Telak Pasti...

Menurut dia, Prabowo seharusnya bisa menyerang Jokowi soal impor dan infrastruktur, termasuk tol laut dan lainnya. Namun, Prabowo terkesan terlalu permisif. Akhirnya panggung debat menjadi sedikit hambar dengan banyaknya pengakuan dan dukungan Prabowo kepada jawaban Jokowi. Data numerik dan catatan kebijakan Jokowi lalu menjadi senjata mematikan. Jika Prabowo juga menguasai data, jawaban Jokowi bisa dipatahkan dan debat semalam akan lebih sengit.

Filsafat Politik Mikhael Bataona berpendapat bahwa Prabowo Subianto memiliki kelebihan semacam filsafat politik yang jelas. Akan tetapi, dalam mengelola negara, filsafat politik tidak cukup.

Baca Juga: Kenapa Prabowo Tak Uji Klaim Jokowi dalam Debat?

Menurut dia, seorang pemimpin butuh ide-ide praktis dan bahkan pragmatis untuk mengatasi masalah setiap hari, setiap minggu, setiap bulan, dan setiap tahun. "Tidak hanya tentang strategi untuk 10 dan 50 tahun, tetapi juga bagaimana menghadapi 'every day politic' seperti bagaimana ekonomi bekerja, pasar bergejolak, seperti 'supply and demand' yang berkaitan dengan beras, cabai, telur, gula, dan lain-lain," katanya. Ia menekankan,

"Inilah kelemahan narasi besar yang hanya berpatok pada keagungan filsafat politik dan mengabaikan hal-hal teknis dan operasional dalam mengelola negara."

Sebaliknya, kata Mikhael Bataona, Jokowi justru tampil sebagai antitesis Prabowo dengan tampil penuh percaya diri, mengajukan data dan fakta dengan sesekali melakukan serangan secara terukur kepada Prabowo.

Baca Juga: Imigrasi Depak WN Turki dari Bali gegara Sembunyikan Buronan

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Vicky Fadil

Bagikan Artikel: