Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Penerbitan Surat Utang Korporasi Bakal Stagnan, Ini Sebabnya

Penerbitan Surat Utang Korporasi Bakal Stagnan, Ini Sebabnya Kredit Foto: REUTERS/Edgar Su
Warta Ekonomi, Jakarta -

PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) menilai jika pada tahun politik ini jumlah penerbitan surat utang tidak akan jauh berbeda dengan tahun lalu. Ekonom Pefindo, Fikri C Permana mengatakan bahwa penerbitan surat utang di sepanjang 2019 senilai Rp135,2 triliun dan masih ditopang oleh sektor multifinance. Angka tersebut memang tak jauh berbeda dengan capaian tahun 2018 yang senilai Rp132,42 triliun.

Dari total penerbitan surat utang nasional di 2018 yang sebesar Rp132,42 triliun yang diperingkat melalui Pefindo sebesar Rp111,28 triliun. Penerbitan surat utang secara nasional yang dilakukan perusahaan pembiayaan di 2018 mencapai Rp41,82 triliun dari 23 perusahaan. Kedua terbesar adalah sektor perbankan yang sebesar Rp34,1 triliun dari 15 perusahaan.

"Pada tahun ini, risiko penerbitan surat utang masih dibayangi sentimen trade war dan juga isu kenaikan Fed Fund Rate sebanyak dua kali bisa menjadi 3 persen, karena sikap dovish-nya masih high," kata Fikri di Jakarta, Selasa (19/2/2018). 

Baca Juga: Pefindo Prediksi Emisi Surat Utang Sampai Akhir 2018 Capai Rp135 M

Baca Juga: Surat Utang Korporasi Tembus Rp34,86 Triliun

Menurut Fikri, jika pada tahun ini The Fed menaikkan suku bunga, maka yield obligasi AS akan terkatrol yang juga akan  meningkatkan yield obligasi Indonesia. "Tetapi, inflasi kita yang akan terjaga sekitar 3-3,5 persen bisa menjaga stabilitas pasar obligasi," ucapnya.

Akan tetapi, lanjut Fikri, perlambatan ekonomi China juga akan melemahkan pasar obligasi domestik. "Kondisi new normal growth perekonomian China diperkirakan akan menurunkan nilai perekonomian global dan mengubah aliran modal dunia," terangnya.

Fikri memperkirakan, tingkat yield Surat Utang Negara (SUN) di 2019 akan berada di level 8,2 persen dengan asumsi nilai tukar rupiah terhadap dolar AS di kisaran Rp14.000-Rp15.000.

"Terkait kondisi politik di tahun ini, dunia usaha memang akan melakukan wait and see. Tetapi, kalau penerbitan surat utang tidak ada aksi wait and see, karena ada kebutuhan refinancing," ujarnya.

Dia menyebutkan, pada 2019 nilai surat utang yang jatuh tempo mencapai Rp110 triliun. "Memang ada sedikit perlambatan di pasar surat utang, tetapi pada kuartal ketiga tahun ini akan naik lagi, jika stabilitas yield dan rupiah bisa terjaga," tandasnya. 

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Annisa Nurfitri
Editor: Annisa Nurfitri

Bagikan Artikel: