Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Capital Outflow Lewat Kepemilikan Asing di Bisnis Startup, Mungkinkah?

Capital Outflow Lewat Kepemilikan Asing di Bisnis Startup, Mungkinkah? Kredit Foto: Unsplash/Rawpixel
Warta Ekonomi, Jakarta -

Semakin massifnya tren perkembangan industri 4.0 sukses mendorong munculnya berbagai bisnis startup di Indonesia. Tak tanggung-tanggung, investor asing juga turut mengapresiasi tren pertumbuhan itu dengan satu per satu mulai menanamkan modalnya ke perusahaan startup dalam negeri yang dinilai prospektif. Aliran dana ini menjadi salah satu cikal bakal keberhasilan empat perusahaan startup nasional, yaitu Go-Jek, Tokopedia, Traveloka dan Bukalapak, tampil sebagai unicorn, alias perusahaan startup dengan nilai valuasi di atas US$1 miliar.

Namun demikian, besar dan banyaknya porsi kepemilikan saham investor asing di keempat startup jumbo tersebut dikhawatirkan justru berpeluang membuka celah baru yang dapat mengalirkan dana dari Indonesia ke luar negeri (capital outflow). Kekhawatiran itu dimunculkan oleh pengusaha sekaligus Calon Presiden, Prabowo Subianto, dalam debat capres yang diselenggarakan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU), Minggu (17/2/2019) lalu.

Baca Juga: Ini Kata Para Capres Soal Startup Unicorn di Indonesia

Lalu benarkah potensi capital outflow itu bisa benar-benar terjadi?

“Jadi kita harus melihat industri startup ini sebagai bagian dari disruption wave di sektor bisnis dan perekonomian kita. Karenanya pola karakteristik dan konsep bisnisnya juga beda (dengan bisnis konvensional). Dan (kekhawatiran capital outflow) itu bukti bahwa masih ada yang gagal paham terhadap konsep bisnis startup ini,” ujar Senior Researcher Bursa Efek Indonesia (BEI), Poltak Hotraredo, di Jakarta, Rabu (19/2/2019).

Poltak menjelaskan bahwa dalam konsep bisnis startup masa-masa awal usaha yang dipentingkan adalah membangun brand awareness dan customer experience yang kelak diharapkan dapat menciptakan loyalitas pelanggan terhadap brand terkait. Dalam arti kata lain, pada masa-masa itu manajemen harus bersiap untuk burning cash dan baru bisa berharap menangguk untung di kisaran 10 tahun ke depan.

“Selain itu rata-rata yield (imbal hasil) dividen yang bisa diberikan pada investor hanya berkisar 2-3 persen per tahun. Jadi uang yang mana yang mau dialirkan ke luar negeri? Justru yang ada adalah capital inflow (aliran dana masuk ke Indonesia) berupa penanaman modal tadi,” tutur Poltak.

Baca Juga: Pengamat: Tuduhan Prabowo Soal "Unicorn" Penyebab Dana Lari ke LN Salah Besar

Ditambah lagi, menurut Poltak, perlu dipertimbangkan juga soal besarnya dana kelola yang berputar di dalam negeri dengan adanya aliran investasi dari luar negeri tadi. Dari semula suntikan dana segar dalam bentuk dollar AS lalu dikelola sesuai proses bisnis dalam bentuk rupiah.

Terakhir, Poltak juga menekankan bahwa sistem investasi dan struktur manajemen dalam bisnis startup sama sekali berbeda dengan perusahaan konvensional. Meski banyak investor hadir dan menanamkan modal, peran pendiri masih memiliki peran sentral dalam pengambilan keputusan di internal manajemen karena merupakan satu-satunya pihak yang paling paham genetik dari perusahaan tersebut.

“Masuknya investor bukan berarti mengubah perusahaan itu menjadi milik investor itu dan lalu menggeser pendirinya dari posisi pengendali. Justru sosok pendiri tetap sentral sebagai daya tarik investor itu tadi,” tegas Poltak.

Baca Juga: "Jangan Sampai Unicorn Kita Pindah Negara Karena Fasilitasnya Tidak Disediakan"

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Taufan Sukma
Editor: Kumairoh

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: