Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Nasib Rupiah Masih 'Digantung'

Nasib Rupiah Masih 'Digantung' Kredit Foto: REUTERS/Edgar Su
Warta Ekonomi, Jakarta -

Rupiah, mata uang kebanggan Indonesia tidak mampu mempertahankan lebih lama kejayaan yang diraih pada perdagangan spot kemarin. Padahal, rupiah berhasil menguat signifikan 0,42% ke level Rp14.044 per dolar AS saat penutupan pasar spot, Rabu (20/02/2019). 

Bukan salah rupiah memang jika harus kembali terkoreksi pada Kamis (21/02/2019) pagi. Pasalnya, nasib rupiah pun masih 'digantung' alias menunggu kepastian Bank Indonesia (BI) perihal suku bunga acuan yang akan dirilis hari ini. 

Meskipun BI diprediksi akan mempertahankan BI 7 day reserve repo rate di angka 6%, saat ini investor global lebih memilih untuk melepas rupiah sambil menunggu rilis BI nanti.

Baca Juga: Kenaikan Suku Bunga Acuan BI Terbatas Sepanjang 2019

Wajar bila kemudian investor global merasa was-was menanti pengumuman BI. Pasalnya, apa yang akan disampaiakn BI tersebut akan menjadi gambaran atas prospek perekonomian Indonesia ke depan.

Ditambah pula dengan bayang-bayang aksi profit taking oleh para investor, nasib rupiah kian berada di ujung tanduk. Bagaimanapun, dalam tiga hari berturut-turut, rupiah mampu menaklukkan dolar AS dengan akumulasi apresiasi sebesar 0,74%.

Ancaman-ancaman sentimen tersebut telah ditunjukkan sejak awal pembukaan pasar spot hari ini. Rupiah dibuka dengan depresiasi 0,14% ke level Rp14.055 per dolar AS. Hingga pukul 09.50 WIB, depresiasi rupiah kian menembal menjadi 0,18% ke level Rp14.065 per dolar AS.

Baca Juga: Dari Perang Dagang Hingga Neraca Perdagangan, Semua Bebani Rupiah

Bukan hanya di hadapan dolar AS, rupiah juga terdepresiasi hampir di seluruh mata uang kawasan. Misalnya saja, rupiah terdepresiasi 0,15% terhadap dolar Australia, 0,18% terhadap euro, dan 0,07% terhadap poundsterling. 

Di hadapan mata uang Asia, rupiah pun sama. Rupiah melemah 0,19% terhadap yuan, 0,17% terhadap dolar Hongkong, 0,26% terhadap yen, 0,14% terhadap dolar Singapura, dan 0,20% terhadap dolar Taiwan. 

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Lestari Ningsih
Editor: Lestari Ningsih

Bagikan Artikel: