Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Dukung Profesi-Profesi Baru, Ini Inisiatif Pemerintah

Dukung Profesi-Profesi Baru, Ini Inisiatif Pemerintah Kredit Foto: Ning Rahayu
Warta Ekonomi, Jakarta -

Zaman sekarang, para fresh graduate tidak lagi mengejar profesi-profesi yang digeluti generasi baby boomer dan X, seperti bekerja di perbankan, perusahaan minyak, perusahaan otomotif ataupun menjadi PNS. Angkatan kerja baru (workforce) saat ini, yang kebanyakan milenial dan Gen Z justru melahirkan profesi-profesi baru, seperti content creator, game developer, atlet e-sports, e-sport tournament caster, drone pilot, produser seni pertunjukan.

Kalaupun masih ada yang memilih jadi pekerja kantoran, profesi-profesi yang dibidik semakin spesifik, seperti data scientist, cyber forensic & security, Artificial Intelligence (AI), 3D & Internet of Things (IoT) specialist hingga intellectual property appraisal & valuator di perusahaan-perusahaan startup. Lantas bagaimana pemerintah menyikapi perubahan mindset ini?

Kepala Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf), Triawan Munaf mengakui pemerintah saat ini berupaya menjadi pemantik agar profesi-profesi tadi tumbuh dan berkembang secara lebih berkelanjutan. Caranya dengan membangun ekosistem dan merangkul para pelaku industri.

"Misalnya saja untuk industri gaming, pemerintah dalam hal ini Bekraf, Kemenpora, Kemenkominfo dan KSP mengadakan Piala Presiden dengan menggandneg influencer, Giring Nidji. Hal ini lantaran pemerintah menyadari bahwa e-sport sudah menjadi cabang olahraga yang akan dipertandingkan di Sea Games, Asian Games dan bahkan Olympic Games," ujar Triawan Munaf di Jakarta, Kamis (21/2/2019).

Baca Juga: Kualifikasi Piala Presiden E-Sport 2019 Siap Digelar, Tertarik Ikut?

Ia melanjutkan, memang dituntut pemahaman pemerintah untuk bisa memimpin, tidak hanya mendukung. Digital saat ini sudah menjadi bagian dari kehidupan yang itu dimaknai oleh Gen Z. Mereka sudah lahir di jaman digital.

"Kalau kita baby boomer, generasi x bahkan milenial masih ada yang hidup di jaman transisi antara anlog dan digital. Gen Z itu sudah melihat digital based adalah profesi sementara kita masih melihatnya sebagai alternative. Untuk itu pemeirntah tidak bisa terus berada dalam struktur yang sangat analog,” papar dia.

Upaya lain adalah, lanjutnya, lewat Bekraf Game Prime dengan mengundang sejumlah stakeholder dari luar termasuk Microsoft, Sony dan Nintendo. Bekraf “pasang badan” agar game-game lokal juga bisa terjual di PS4 Sony, iBox Microsof dan Nintendo.

"Adanya Bekraf membuat perusahaan-perusahaan console game dari luar itu mau memberikan toolkit atau development kit ke perusahaan game lokal. Salah satunya Agate yang memproduksi game Valthirian Arc dan dirilis ke Nintendo swict dan PS4 untuk region EU dan US serta secara worldwide di PC steam. Sejak dilaunch Oktober lalu, game tersebut sudah terjual senilai 1 juta dolar per akhir 2018," tambah mantan musisi itu.

Lebih lanjut Ia menerangkan, untuk mendukung pengembangan digital talent lokal dan profesi-profesi sejenis, melalui Bekraf Developer Day menggandeng Microsoft, AWS dan Google untuk mengenalkan teknologi terbaru mereka ke generasi muda. Ada juga alokasi anggaran IT untuk membangun Block71, semacam Innovation Factory di Bandung sebagai wadah bagi semua apps/ game developer untuk mengembangkan aplikasi atau game mereka secara Cuma-Cuma dengan dilengkapi semua peralatan yang dibutuhkan. Ada juga program Go Startup Indonesia/ GSI. Menggandeng IDX, Bekraf membangun platform ketiga untuk memungkinkan para startup bisa diapraisal digital asetnya.

Terakhir, program Coding Mom. Program pelatihan coding selama tiga bulan kepada ibu rumah tangga dan buruh migran Indonesia di Hongkong dan Singapura. Teknologi coding yang digunakan pun ramah, dari mulai HTML5, viewGS hingga react native. Saat ini mereka sudah bisa menjadi verifikator dan trainer sendiri. Siapakah mereka? Kalau melihat data ecommerce Indonesia tahun 2018 lalu yang nilainya mencapai $8 miliar dimana $5 miliar dilakukan lewat ecommerce dan $3 miliar sisanya lewat media social. Nah 56% dari pelaku ecommerce lewat media social ini kebanyak ibu-ibu yang dilatih. 

“Ibaratnya kita sudah sediakan akuarium dengan air dan oksigen yang bersih, jangan diperkeruh dengan kita. Kita undang saja yang ngasih oksigen, air, kita cari ikan-ikannya atau talenta di statup. Karena dagingnya masih sedikit ikan-ikan ini jangan dipajakin,” kata Triawan.

Baca Juga: Menpora Anjurkan E-Sport Ada dalam Kurikulum Sekolah

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Yosi Winosa
Editor: Kumairoh

Bagikan Artikel: