Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

AI Bikin Layanan Pembayaran Non-Tunai Makin Kece

AI Bikin Layanan Pembayaran Non-Tunai Makin Kece Kredit Foto: Entrepreneur.com
Warta Ekonomi, Jakarta -

Suatu malam seorang pebisnis sedang menunggu temannya di lobi sebuah hotel bintang lima. Sembari menunggu, ia memesan kudapan. Namun, bukannya memanggil pelayan restoran hotel, ia malah tampak sibuk memegang smartphone-nya, kemudian memindai kode barkot di buklet yang ternyata aplikasi chatbot. Selanjutnya, ia memesan kopi ekspresso, si chatbot pun menawarkan balik, apa ia ingin memakan sesuatu yang manis atau asin bersama pesanan kopinya? Lalu, ia mengklik "asin", dan muncullah menu pizza. Seusai memesan, ia melakukan pembayaran (dengan memasukan nomor kartu kredit). Bim salabim... beberapa menit kemudian pelayan mengantarkan pesanan.

Cerita tersebut adalah demo dari produk chatbot perusahaan pembayaran global Ingenico Group, yang menggunakan teknologi natural language processing (NLP) dari IBM Watson untuk menciptakan pengalaman unik. Chatbot ini bisa terbenam di semua aplikasi messenger, seperti WhatsApp dan sebagainya, serta memberikan layanan selama 24 jam 7 hari non-stop.

Fenomena penggunaan kecerdasaan buatan (Artificial Intelligence/AI) dan mesin pembelajaran (Machine Learning) adalah gambaran arah perkembangan layanan pembayaran digital di Indonesia ke depan. Setidaknya, ada tiga manfaat penggunaan AI.

Danu Wicaksono, CEO T-Cash menyatakan, perusahaan menggunakan data analitik sebagai salah satu senjata untuk marketing campaign yang bertarget dan efisien. Dengan melakukan analisis data, perusahaan mampu melihat perilaku atau segmentasi pengguna berdasaran perilaku mereka di hari sebelumnya untuk melakukan penawaran promo ataupun produk. Misalnya saat akan menyebar promo Starbuck, ditujukan ke orang yang pernah bertransaksi di Starbuck, Coffee Bean, dan sejenisnya atau ke orang yang pernah mengunduh aplikasi Starbuck. 

Yang kedua, berhubung masih banyak pengguna T-Cash yang belum memiliki akun tabungan, banyak perbankan yang meminta data ke perusahaan untuk kebutuhan credit scoring, tentunya tetap dengan persetujuan pelanggan. Salah satu pertimbangan perbankan menilai kemampuan seseorang untuk membayar pinjaman misalnya, adalah apakah lokasi domisili seseorang sesuai dengan lokasi di KTP.

Baca Juga: Pelaku Bisnis, Gunakan Teknologi AI untuk Kurangi Biaya Operasional

Baca Juga: Kecerdasan Buatan dan Robot Siap Ambil Alih Peran Manusia di Dunia Kerja

Misalkan seseorang mengaplikasikan KPA dari Citibank, di formulir tertulis alamat domisili Tangerang. Ini bisa dikonfirmasi dengan menggunakan data yang dimiliki perusahaan untuk lebih memastikan, apakah tempat tinggalnya itu berupa indekos atau rumah pribadi. Dengan menganalisis data BTS misalnya, diketahui seseorang setiap malam berada di mana.

Manfaat ketiga mencegah fraud. Saat mengisi formulir pengajuan KPA tadi, ada kolom penghasilan, misalnya si pemohon mengisi Rp50 juta per bulan. Sementara dari data T-Cash, setelah ditelurusi ternyata penggunanaan pulsa per bulan hanya Rp50.000, lokasinya di Bekasi, serta penggunaan telefonnya ke orang-orang yang berbeda, si pemohon juga menggunakan aplikasi yang tidak kredibel, semacam aplikasi pencari jodoh, Tinder. Artinya pemohon tidak layak dan berpotensi meningkatkan NPL.

Baca Juga: 4 Tantangan Leapfrog Industri Pembayaran Digital

Terkait pencegahan fraud ini, Albert Lucius, Chief Product Officer Ovo menyatakan, pihaknya menggandeng CashShield, perusahaan manajemen fraud pertama dan satu-satunya di dunia yang sudah terotomatisasi. Dengan memanfaatkan AI, CashShield dan Ovo bisa melakukan analisis risiko serangan siber dan praktik cuci uang melalui analisis perilaku mencurigakan atau fraudulent transactions. Di sisi lain, teknologi AI juga dimanfaatkan Ovo untuk melayani konsumen lebih baik lagi.

"Contohnya, dengan menggabungkan AI dalam Big Data Ovo, kami bisa memberikan rekomendasi produk dan layanan yang lebih relevan kepada para pengguna," kata Albert.

Sementara Managing Director Go-Pay, Budi Gandasoebrata menyatakan, perusahaan terus meningkatkan kemampuan pendeteksian fraud, pencucian uang,  hingga sistem untuk pemulihan data lewat penggunaan AI dan memberlakukan kebijakan internal yang ketat untuk kontrol akses terhadap data pengguna.

Go-Jek sendiri pada 2017 lalu mengakuisisi tiga perusahaan fintech, yakni Kartuku, Midtrans, dan Mapan untuk memperkuat bisnis Go-Pay, dan di tahun ini mengakuisisi perusahaan fintech asal Filipina, Coins.ph. AI memungkinkan pengembangan promo atau produk, seperti asuransi, pinjaman, dan layanan keuangan lainnya.

Konsep AI bisa digunakan untuk dua skenario, yakni otomasi dan prediksi. Skenario otomasi diterapkan untuk mengurangi proses bisnis manual, sehingga bisa semi-otomatis menangani operasional bisnis, khususnya yang berulang. Sedangkan prediksi digunakan untuk menebak informasi dengan memahami pola perilaku data yang terekam sistem.

Algoritma machine learning sendiri bisa digunakan untuk memudahkan pelanggan menambah pilihan lender dalam berinvestasi melalui peer to peer lending. Ujungnya untuk memaksimalkan return investasi sesuai jangka waktu yang dikehendaki karena algoritma tersebut bisa memberikan gambaran potensi keuntungan yang sudah diestimasi lengkap dengan jangka waktunya. 

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Yosi Winosa
Editor: Rosmayanti

Bagikan Artikel: