Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Terdepak dari Pasar Asean, China, dan Rusia, Bagaimana Kabar Uber?

Terdepak dari Pasar Asean, China, dan Rusia, Bagaimana Kabar Uber? Kredit Foto: TechCrunch
Warta Ekonomi, Jakarta -

Uber mengatakan dengan tegas, mereka tidak akan keluar dari India atau pasar lainnya, setelah "terdepak" dari pasar China, Rusia, dan Asia Tenggara secara berurutan. Namun, apakah bisnis pengiriman makanannya akan ikut bertahan?

Bila laporan media benar, saat ini Uber tengah menyiasati untuk keluar dari industri pengiriman makanan India. Berdasarkan laporan dari Economic Times India, Uber Eats akan diakuisisi oleh Swiggy, layanan pengiriman makanan India yang baru saja mengumpulkan US$1 miliar.

"Saat ini, Uber berada pada tahap akhir dari kesepakatan dengan Swiggy. Imbalannya, Uber akan mendapatkan 10% bagian dari bisnisnya," tulis TechCrunch dalam laporannya, Jumat (22/2/2019).

Uber Eats disebut-sebut sebagai penghasil pendapatan utama bagi perusahaan ride-hailing asal Amerika Serikat itu. Sebelumnya, The Information melaporkan, Uber Eats meraup US$1,5 miliar dalam penjualannya pada kuartal pertama 2019 saja. Mereka juga berekspansi ke Asia.

Baca Juga: Uber Tengah Kembangkan Sepeda dan Skuter Otonom

Baca Juga: Uber Dapat Lampu Hijau Aktifkan Kembali Program Mobil Self-Driving

Hampir dua tahun lalu, Uber Eats mendarat di India dan menemukan dirinya berada di tengah pertempuran dengan Swiggy yang meningkatkan modal tiga kali pada tahun lalu. Tak lupa, ada juga Zomato yang didukung oleh Alibaba.

Pertempuran sengit itu menumbangkan pemain di sekitar mereka, seperti FoodPanda yang diakuisisi oleh Ola pada akhir 2017. Ola dilaporkan telah memangkas biaya di FoodPanda dan mengalihkan fokus ke strategi "dapur awan" yang lebih berkelanjutan. Namun, Zomato dan Swiggy masih terus bertindak dengan agresif.

Berdasarkan latar belakang itu, Uber melakukan IPO untuk mengonsolidasikan biaya dan mempertahankan saham di pasar. Ia melakukannya melalui kesepakatan dengan Grab di Asia Tenggara, membuatnya menyerahkan bisnis transportasi dan pengiriman makanannya dengan imbalan 27,5% saham di Grab.

Sesungguhnya, kesepakatan itu tidak merugikan Uber. Mereka berhasil keluar dari perang subsidi yang mahal, sekaligus mendapatkan saham dalam bisnis yang sedang bertumbuh. Hal itu bisa menjadi resep yang Uber ulangi dalam industri pengiriman makanan di India.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Tanayastri Dini Isna
Editor: Rosmayanti

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: