Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Uni Eropa Rewel, Blockchain Perkebunan Sawit Kasih Jawaban

Uni Eropa Rewel, Blockchain Perkebunan Sawit Kasih Jawaban Kredit Foto: Istimewa
Warta Ekonomi, Jakarta -

Salah satu sektor yang memberikan kontribusi besar pada perekonomian Indonesia adalah perkebunan. Indonesia memiliki perkebunan unggulan, yakni kelapa sawit dan karet. Namun, tak jarang perkebunan dan produk turunannya menjadi sorotan mata negara-negara Uni Eropa, Amerika Serikat dan beberapa negara di Asia. Khususnya kelapa sawit yang tak jarang dihujani hambatan dan larangan untuk memasuki pasar-pasar di sejumlah negara Uni Eropa dan Amerika Serikat.

 

Baca Juga: AS Siapkan Bursa Efek Berbasis Blockchain, Apa Komentar Sekuritas Lokal?

 

Baca Juga: Apa Itu Blockchain?

 

Berangkat dari tantangan bisnis tersebut, lahir inisiatif dengan pembentukan aliansi SUSTAIN (Sustainability Assurance & Innovation Alliance) yang mengadopsi blockchain. Aliansi ini membantu pemecahan masalah keterlacakan dan keberlanjutan pada industri perkelapasawitan. Salah satu perusahaan yang terlibat dalam aliansi ini adalah Asian Agri, salah satu perkebunan kelapa sawit milik Sukanto Tanoto yang beroperasi di Sumatera Utara, Riau dan Jambi.

 

SUSTAIN memanfaatkan blockchain untuk mendorong kolaborasi antar industri. Penggunaan platform blockchain merupakan solusi praktis dalam mendorong transformasi rantai pasokan, untuk meningkatkan akses pasar produk minyak kelapa sawit.

 

Platform dengan akses terbuka ini akan menjadi instrumen yang dapat diunduh oleh berbagai pengguna, mulai dari supplier hingga petani sawit. Melalui platform ini, semua pihak yang ada dalam ekosistem industri ini dapat melakukan pelacakan, pemantauan kepatuhan kebijakan, efisiensi dalam perdagangan tandan buah segar (TBS) dan lain sebagainya.

 

Dalam implementasi blockchain ini, aliansi ini menggandeng SAP melalui SAP Leonardo. Paltform ini merupakan platform yang dapat mendukung teknologi baru seperti machine learning, artificial intelligence, dan blockchain. Dengan jangkauan penggunaan blockchain tersebut harapannya dapat memastikan dan meyakinkan kepada semua stakeholder tentang industri sawit yang tidak merusak lingkungan dan menghasilkan produk yang terjamin.

 

Managing Director SAP Indonesia, Andreas Diantoro menyebutkan konsorsium pengusaha yang bergerak di bidang kelapa sawit bekerja sama dengan SAP untuk membuat solusi yang dapat memberikan informasi secara lengkap asal muasal sawit yang konsumen konsumsi.

 

“Seorang konsumen di Eropa yang membeli satu botol minyak goreng bisa langsung tahu minyak ini datangnya dari lahan yang bagian mana,” kata Andreas.

 

Informasi tersebut dapat diperoleh hanya dengan melakukan scan dari QR code yang tertera dalam kemasan minyak goreng tersebut.

 

Ia mengatakan mulai terbuka (lagi) pasar kelapa sawit di negara-negara yang sebelumnya melarang ekspor kelapa sawit. Tentunya hal ini menjadi kabar gembira, karena menurut Andreas sudah hamper 8-10 tahun terakhir industri kelapa sawit Indonesia mengalami gangguan dengan pelarangan produk-produk sawit di Amerika Serikat maupun Uni Eropa.

 

Ada pula peranan blockchain di sektor perkebunan kelapa sawit, yakni: mendorong kolaborasi di tingkat industri, meningkatkan ketertelusuran dan pengelolaan sumber daya yang berkelanjutan, mendorong transformasi rantai pasokan, meningkatkan akses pasar produk minyak kelapa sawit, memantau kepatuhan terhadap kebijakan, dan menjual tandan buah segar (TBS) secara efisien.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Arif Hatta
Editor: Clara Aprilia Sukandar

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: