Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Beli Saham Pakai Ovo dan Go-Pay, Mungkin Enggak Sih?

Beli Saham Pakai Ovo dan Go-Pay, Mungkin Enggak Sih? Kredit Foto: Go-Pay
Warta Ekonomi, Jakarta -

Kemajuan teknologi senantiasa mendorong masyarakat dan industri untuk secara bertahap memasuki era baru yang lebih akrab disebut sebagai gelombang teknologi 4.0. Salah satu karakteristik dari tren ini adalah mengedepankan kemudahan, kecepatan, dan proses yang sederhana bagi konsumen, sehingga dapat lebih nyaman saat mengakses berbagai layanan yang dibutuhkan.

Di industri pasar modal, semangat kemudahan, kecepatan, dan proses yang sederhana itu sudah mulai banyak diterapkan oleh perusahaan sekuritas dengan mengembangkan layanan online trading-nya dengan sistem terkini. Tak hanya perusahaan sekuritas, berbagai pelaku bisnis e-commerce juga mulai tertarik menggarap peluang di sektor pasar modal melalui penjualan reksa dana via Bukalapak, Tokopedia, dan sebagainya.

Dari sana pun, mulai muncul angan-angan di benak investor pasar modal nasional, bisakah kelak transaksi jual beli saham dilakukan melalui platform e-commerce atau lewat berbagai aplikasi payment system seperti Go-Pay, Ovo, dan semacamnya?

Baca Juga: Dahsyat! Bisnis Mobile Payment di Indonesia Dahsyat

"Saya pikir bisa saja arahnya ke sana. Sangat mungkin kok. Justru (ide) ini bagus karena ke depan memang masanya sharing economy. Enggak bisa lagi kita anggap perusahaan fintech itu sebagai pesaing. Justru arahnya harus lebih ke kemauan untuk berkolaborasi. It’s good," ujar Direktur Utama PT Bursa Efek Indonesia (BEI), Inarno Djajadi di Jakarta, beberapa waktu lalu.

Komentar Inarno ini seolah menjawab harapan Direktur Utama PT Mandiri Sekuritas, Silvano Rumantir, yang berhasrat agar ke depan dapat melayani pembukaan rekening saham baru melalui jejaring perusahaan rintisan (startup) dan penyedia layanan keuangan berbasis teknologi (fintech) seperti Go-Pay, Ovo, dan semacamnya. Upaya mentransaksikan saham melalui aplikasi fintech dan e-commerce tersebut diyakini Silvano bakal sangat membantu perusahaan sekuritas dalam memperkuat basis investornya.

"Bayangkan jumlah pengguna layanan Go-Pay dan Ovo saja hingga saat ini telah mencapai 20-an juta pengguna. Kalau angka ini bisa kita manfaatkan untuk memperkuat basis nasabah ke depan, tentu akan sangat bagus sekali. Enggak usah terlalu ambisius, andai bisa kita grab 10% saja dari total pengguna fintech dan e-commerce tadi, jumlah nasabah pasar modal pasti sudah akan berlipat-lipat," ujar Silvano.

Untuk dapat mewujudkannya, Silvano pun mengusulkan agar Otoritas Jasa Keuangan (OJK) selaku regulator tertinggi di industri pasar modal dapat mulai membuka ruang kerja sama antara pelaku pasar modal dengan kalangan pelaku bisnis fintech dan e-commerce.

Baca Juga: Disrupsi, Fintech Pasar Modal dan Déjà vu Deregulasi Perbankan Era '80-an

Tak hanya Silvano, Direktur Utama PT Schroder Investment Management Indonesia, Michael Tjandara Tjoajadi juga menyatakan hal yang sama terkait potensi sepak terjang pelaku bisnis fintech dan e-commerce.

"Ke depan saya lihat fintech memang akan menjadi salah satu opsi distribution channel yang paling menjanjikan. Tak hanya sebagai mitra distribusi, fintech dan e-commerce juga bisa mengambil peran lebih jauh di industri pasar modal dengan juga menjalankan peran edukasi terkait pengetahuan tentang portofolio saham, wealth management, dan lain sebagainya," ujar Michael dalam kesempatan terpisah.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Taufan Sukma
Editor: Rosmayanti

Bagikan Artikel: