Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Kembali Bertemu, Apa yang Dibahas Kim Jong Un dan Trump?

Kembali Bertemu, Apa yang Dibahas Kim Jong Un dan Trump? Kredit Foto: Anthony Wallace/Pool via Reuters
Warta Ekonomi, Hanoi -

Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un sudah berangkat menuju Vietnam untuk melakukan pertemuan puncak kedua dengan Presiden Amerika Serikat Donald Trump di Hanoi pada 26-27 Februari.

Kim pada Minggu (24/2/2019) sedang dalam perjalanan dengan kereta api melintasi China, menurut laporan media.

Kim meninggalkan Pyongyang dengan kereta pada Sabtu (23/2) sore. Ia didampingi oleh sejumlah pejabat tinggi Korea Utara serta saudara perempuannya yang berpengaruh, menurut laporan media negara Korut.

Pertemuan Trump dan Kim di Hanoi akan berlangsung delapan bulan setelah keduanya melakukan pertemuan puncak bersejarah untuk pertama kali di Singapura, yaitu antara seorang presiden AS yang sedang menjabat dan seorang pemimpin Korea Utara.

Pada pertemuan di Singapura, keduanya berjanji untuk menjalankan langkah menuju perlucutan senjata nuklir secara penuh di Semenanjung Korea.

Surat kabar Korea Utara Rodong Sinmun memuat foto-foto perjalanan Kim, yaitu penglepasan keberangkatannya dari Pyongyang serta ketika ia melambaikan tangan dari pintu gerbong sambil jari tangannya memegang rokok.

Dalam kunjungannya ke Vietnam, Kim didampingi para pejabat yang juga mendampinginya pada pertemuan puncak di Singapura.

Di antara mereka adalah mantan kepala intelijen Kim Yong Chol, yang juga utusan utama Kim bagi perundingan dengan Amerika Serikat, asisten senior partai Ri Su Yong, Menteri Luar Negeri Ri Yong Ho dan kepala pertahanan No Kwang Chol.

Adik perempuan pemimpin Korut, Kim Yo Jong, yang bertindak sebagai pembantu dekat Kim Jong Un pada pertemuan di Singapura, kembali menjadi bagian dari delegasi, lapor kantor berita Korut KCNA.

Laporan itu tidak menyebut-nyebut soal istri Kim, Ri Sol Ju.

Dengan hanya sedikit kemajuan yang terlihat sejak pertemuan puncak pada Juni tahun lalu, Trump dan Kim kemungkinan akan berupaya membangun hubungan pribadi mereka untuk membuat kemajuan di Hanoi, kata beberapa pengulas.

Kedua pihak berada di bawah tekanan untuk menempa perjanjian yang lebih spesifik dibandingkan yang telah dicapai di Singapura. Menurut sejumlah pengkritik, terutama Amerika Serikat, perjanjian di Singapura itu kurang rinci.

Pemerintahan Trump telah menekan Korea Utara untuk menghentikan program senjata nuklirnya, yang jika digabungkan dengan kemampuan rudalnya bisa mengancam Amerika Serikat. Tekanan tersebut merupakan syarat yang harus dipenuhi Korut sebelum AS memberikan berbagai kemudahan bagi negara itu.

Sementara itu, Korea Utara menginginkan pelonggaran sanksi-sanksi oleh berbagai pihak pimpinan AS, jaminan keamanan serta pengakhiran secara resmi Perang Korea 1950-1953. Perang tersebut berakhir dengan gencatan senjata, bukan perjanjian.

Baca Juga: Imigrasi Depak WN Turki dari Bali gegara Sembunyikan Buronan

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Fajar Sulaiman

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: