Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Benarkah Tenaga Ahli Blockchain di Indonesia Masih Terbatas?

Benarkah Tenaga Ahli Blockchain di Indonesia Masih Terbatas? Kredit Foto: Unsplash/Hitesh Choudhary
Warta Ekonomi, Jakarta -

Revolusi industri 4.0 yang cepat menuntut kesediaan dan kesiapan tenaga ahli di bidang teknologi dan digital, salah satunya pengembangan blockchain yang vital bagi industri digital. Blockchain merupakan teknologi database yang menampung transaksi mata uang digital yang bisa dikelola oleh banyak pengguna. Teknologi ini dapat digunakan dalam berbagai jenis bisnis, seperti perbankan, jasa, kesehatan, dan pendidikan.

Menurut Wakil Rektor bidang Akademik Unika Atma Jaya, Juliana Murniati pada acara Digital Technology Series (DTS), pada revolusi industri 4.0 sedikitnya 400 juta pekerjaan akan hilang dan tergantikan oleh Artificial Intelligence (AI) dan otomatisasi industri pada 2030.

"Oleh karena itu, DTS ini dibuat untuk mempersiapkan kita semua menghadapi era tersebut di masa depan, bagaimana kita sebagai manusia bisa menyesuaikan kondisi tersebut, sehingga tidak tergantikan dan justru bisa berjalan beriringan dengan perkembangan teknologi digital," jelas Murni dalam keterangan tertulis, Kamis (28/2/2019).

Sementara Executive Director Indonesia Services Dialogue Council Devi Ariyani, mengutip survei SAS dan International Data Corporation (IDC), menuturkan, sebanyak 24,6% perusahaan di Indonesia telah mengadopsi AI dan diikuti Thailand (17,1%) dan Singapura (9,9%).

Baca Juga: Benarkah AI dan Machine Learning Akan Lenyapkan Profesi Akuntan?

Baca Juga: Apa Itu Blockchain?

Artinya, mayoritas perusahaan di Indonesia belum berencana mengadopsi AI yang membutuhkan biaya dan sumber daya manusia yang mempunyai keahlian di bidang teknologi.

"Core values dari teknologi digital adalah transformasi masyarakat, pola pikir, proses bisnis yang efektif dan efisien, termasuk bagaimana cara kita hidup. Blockchain sendiri memiliki tantangan terkait teknologi yang kompleks, implementasi terkait peraturan dan SDM karena masih kurangnya talenta yang menguasai blockchain dan data scientist," jelas Devi.

Tantangan ketersediaan SDM ini membuat Unika Atma Jaya perlu mempersiapkan tenaga ahli di bidang teknologi dan digital agar dapat mengembangkan blockchain di Indonesia. Maka dari itu, Fakultas Teknik Unika Atma Jaya mengadakan DTS untuk pertama kalinya. DTS merupakan serangkaian diskusi mengenai teknologi digital dengan payung tema Blockchain 4 Youth yang diadakan setiap bulan sekali dan didukung pemerintah dan pelaku bisnis.

Kegiatan DTS ini diadakan mengingat teknologi yang terus berkembang dan membantu pekerjaan manusia. Secara tidak langsung, banyak pekerjaan manusia yang harus hilang dan tergantikan oleh teknologi seperti AI.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Rosmayanti

Bagikan Artikel: