Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

BI Yakin Capital Inflow Semakin Deras, Ini Faktornya

BI Yakin Capital Inflow Semakin Deras, Ini Faktornya Kredit Foto: Antara/Akbar Nugroho Gumay
Warta Ekonomi, Jakarta -

Bank Indonesia (BI) meyakini ke depan aliran modal asing (capital inflow) yang masuk ke Indonesia akan terus berlanjut. Tercatat hingga 28 Februari 2019, aliran modal asing yang masuk ke portfolio Indonesia sudah mencapai Rp63 triliun, yang terdiri dari SBN Rp49,5 triliun, saham Rp12,6 triliun, dan SBI Rp1,4 triliun. Angka ini jauh lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang hanya mencapai Rp6 triliun.

Adapun faktor utama yang mendasari keyakinan BI ialah imbal hasil aset keuangan di Indonesia, khususnya SBN yang menarik dibandingkan imbal hasil negara lainnya.

"Misalnya kalau 10 tahun ya, kalau US Treasury Bills 10 tahun 2,7%. Indonesia kalau SBN 10 tahun sekitar 7,8%. Berarti itu kan menarik, dibandingkan kalau Anda bandingkan dengan negara-negara lain, termasuk India, segala macam selisih suku bunganya kan Indonesia masih menarik," kata Gubernur BI Perry Warjiyo di Jakarta, Jumat (1/3/2019).

Bahkan lanjut Perry, kalau lihat premi risiko utang Indonesia, salah satu indikatornya adalah Credit Default Swap (CDS) juga mengalami penurunan. Menurut Perry, CDS Indonesia saat ini kurang lebih sekitar 108 basis poin atau 107 basis poin.

Baca Juga: Kepercayaan Investor Makin Tinggi, Aliran Modal Asing Masuk Rp63 Triliun

Sedikit informasi, CDS adalah semacam premi risiko yang dikenakan saat penerbitan instrumen utang. Semakin tinggi CDS, pada dasarnya semakin besar kemungkinan untuk mengalami gagal bayar alias default. Kenaikan CDS mencerminkan ada kekhawatiran pasar terkait fundamental ekonomi sebuah negara atau kondisi fiskalnya.

"Jadi, dari imbal hasil secara nominal itu juga menarik dan juga lebih menarik dari negara-negara emerging lain," paparnya.

Faktor lainnya yang membuat aliran modal asing akan masuk lebih besar lagi ke depan ialah fundamental ekonomi Indonesia seperti pertumbuhan ekonomi dan inflasi dalam kondisi yang baik.

Baca Juga: Mantap, Aliran Modal Asing Februari Lampaui Keseluruhan Tahun 2018

"Berarti itu kan valuasi atau penilaian harga dari saham itu akan menarik, sehingga investor akan masuk. Makanya tadi komposisinya yang masuk tidak hanya SBN, tapi juga saham karena memang melihat prospek pertumbuhan ekonomi dan ke depan akan meningkat, inflasi akan rendah, itu kan valuasi atau harga saham menarik untuk mereka. Itu yang yang kedua," jelas Perry.

Faktor ketiga, lanjut Perry, ialah confident atau kepercayaan terhadap kebijakan-kebijakan yang ditempuh oleh Pemerintah Indonesia baik BI, OJK maupun yang lain sudah terbukti tahun lalu. Kebijakan-kebijakan yang ditempuh terbukti mampu menjaga stabilitas-stabilitas makro, inflasi, nilai tukar, dan stabilitas sistem keuangan di tengah negara-negara yang kena dampak dari krisis global.

"Tahun lalu kita juga kena tekanan-tekanan dari global, tapi dengan sinergi kebijakan antara pemerintah, BI, dan OJK mampu menjaga stabilitas ekonomi kita, bahkan juga pertumbuhan ekonomi kita cukup naik," kata Perry.

"Setidaknya tiga faktor itu yang mendukung keyakinan kami bahwa aliran modal asing masuk ke portfolio ini akan terus berlanjut. Satu, dari sisi imbal hasil itu menarik di saham, maupun obligasi. Yang kedua, prospek ekonominya juga membaik. Yang ketiga, confident terhadap kebijakan-kebijakan pemerintah, BI, dan OJK," tambah Perry kembali menegaskan.

Baca Juga: Imigrasi Depak WN Turki dari Bali gegara Sembunyikan Buronan

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Fajar Sulaiman
Editor: Rosmayanti

Bagikan Artikel: