Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Telaah: Mimpi Buruk Rupiah Berawal dari Sini

Telaah: Mimpi Buruk Rupiah Berawal dari Sini Kredit Foto: REUTERS/Edgar Su
Warta Ekonomi, Jakarta -

Hampir sepekan terakhir rupiah mengalami berbagai tekanan baik dari faktor global maupun domestik. Bagaikan mimpi buruk yang tak berkesudahan, rupiah kembali harus terkoreksi di awal pekan ini, Senin (04/02/2019). 

Baca Juga: Bukan Rupiah yang Salah, Dia Hanya Korban

Pada pembukaan pasar spot pagi tadi, rupiah sudah dibuka dengan koreksi 0,04% terhadap dolar AS. Semakin lama waktu berjalan, semakin dalam pula koreksi yang diterima rupiah. Sedihnya lagi, rupiah bahkan sempat menjadi mata uang terlemah di Asia pada pukul 08.37 WIB dengan terkoreksi sebesar 0,25%. 

Hingga pukul 10.20 WIB, koreksi rupiah sudah mulai menipis menjadi 0,21% ke level Rp14.145 per dolar AS. Dengan begitu, rupiah berhasi mengangkat deratnya satu poin lebih tinggi dengan unggul 0,11% terhadap baht. 

Lepas dari keunggulan rupiah atas baht, nyatanya fakta bahwa rupiah terpuruk di hadapan mata uang regional lainnya tak dapat ditutupi. Rupiah terkoreksi 0,35% terhadap dolar Australia, 0,18% terhadap euro, dan 0,40% terhadap poundsterling. 

Baca Juga: Biar Impas, Rupiah Terkoreksi Tiga Hari Beruntun

Sementara itu, di hadapan mata uang Asia, rupiah melemah 0,19% terhadap yuan, 0,22% terhadap dolar Hongkong, 0,17% terhadap yen, 0,32% terhadap won, 0,19% terhadap dolar Singapura, dan 0,07% terhadap dolar Taiwan.  

Meskipun demikian, melihat bahwa rupiah menjadi mata uang utama Asia dengan pelemahan terdalam di hadapan dolar AS, rupiah memang harus lebih berhati-hati dalam melangkah. Setidaknya, dengan mewaspadai berbagai sentimen yang menjadi awal mimpi buruk ruiah akhir-akhir ini. 

Setidaknya ada tiga sentimen utama yang menjadi awal mimpi buruk berkepanjangan rupiah. Pertama, pada pertengahan pekan lalu, Trump memberi pernyataan mengejutkan bernada ancaan akan menyudahi dan membatalkan perundingan dagang dengan China. 

"Saya tidak pernah takut untuk keluar dari kesepakatan, termasuk dengan China," tergas Trump.

Baca Juga: India-Pakistan Berperang, Kok Rupiah yang Diserang?

Pernyataan tersebut langsung membuat psikologis investor terguncang dan tak berani bermain dengan aset-aset berisiko berbasis mata uang negara benua kuning, termasuk Indonesia. Alhasil, rupiah beserta mata uang tanpa ragu dilepas dari genggaman. 

Kedua, mimpi buruk rupiah juga bersumber dari nihilnya upaya negosiasi antara Trump dan Kim Jong Un berkaitan dengan denuklirisasi. Trump yang menolak beberapa syarat yang diajukan Korea untuk menghentikan uji coba nuklir lebih memilih untuk keuar dari forum yang berjalan. 

Padahal, pertemuan kedua pemimpin negara tersebut menjadi momen yang ditunggu-tunggu oleh dunia. Sayangnya, Trump-Kim hanya memberikan harapan palsu dan menjadi daftar baru sentimen negatif bagi pergerakan ekonomi negara berkembang.

Ketiga, pecahnya perang antara India-Pakistan menjadi momok yang menakutkan bagi investor untuk bermain di pasar keuangan Asia. Investor seperti tak punya pilihan lain selain bermain aman dengan tidak mengoleksi aset berisiko Asia, termasuk rupiah. 

Meskipun demikian, di tengah rentetan sumber mimpi buruk itu, rupiah masih mempunyai harapan di pekan ini. Pasalnya, hubungan AS-China dikabarkan mulai kembali membaik dan optimisme pasar kembali menebal. Semoga saja,kabar itu bisa membuat rupiah bangkit di pekan ini. 

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Lestari Ningsih
Editor: Lestari Ningsih

Bagikan Artikel: