Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Menanti Kebangkitan Rupiah, Akankah Sia-Sia?

Menanti Kebangkitan Rupiah, Akankah Sia-Sia? Kredit Foto: Antara/Puspa Perwitasari
Warta Ekonomi, Jakarta -

Nilai tukar rupiah masih nyaman bergerak di zona merah. Padahal, sudah lima hari berturut-turut rupiah mengalami koreksi mendalam sehingga tidak berlebihan jika kebangkitan rupiah menjadi suatu hal yang dinantikan. 

Sebenarnya, pada pembukaan pasar spot pagi tadi, rupiah sudah terapresiasi tipis 0,04%. Namun, apresiasi itu bak harapan palsu karena tak berselang lama, rupiah kembali berbalik mendapat koreksi. Bahkan, pada pukul 09.00 WIB tadi, depresiasi rupiah menebal hingga angka 0,14% ke level Rp14.145 per dolar AS.

Baca Juga: China Pangkas Pertumbuhan PDB, IHSG dan Bursa Asia Solid Memerah

Sebagai informasi, setidaknya gerak rupiah untuk bangkit masih terganjal oleh dua sentimen global, yaitu pertumbuhan ekonomi China dan kebijakan The Fed. Asal tahu saja, di tahun 2019 ini, China memutuskan untuk memangkas target pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) menjadi dalam kisaran 6%-6,5%. 

Target tersebut dipatok menyusul capaian pertumbuhan PDB di tahun 2018 lalu yang hanya mencaai 6,6%, di mana angka tersebut menjadi yang terendah sejak tahun 1990. Tentu saja, gambaran perekonomian China yang demikian memberi kekhawatiran bagi pasar keuangan Asia, termasuk Indonesia.

Baca Juga: Telaah: Mimpi Buruk Rupiah Berawal dari Sini

Bagaimanapun, China masih menyandang status sebagai negara dengan perekonomian terbesar di Asia sehingga sering djadikan kiblat bagi prospek perekonomian negara-negara di benua kuning. 

Selain datamg dari China, sentimen negatif lainnya datang dari The Fed. Kebijakan The Fed untuk menaikkan suku bunga acuan sebenarnya menjadi ekor dari upaya damai dagang AS-China. Kenaikan suku bunga dilakukan guna menahan inflasi.

Meskipun dibayangi sentimen-sentimen tersebut, tak ada salahnya untuk tetap memberi kepecryaan kepada rupiah. Pasalnya, pada pukul 10.05 WIB, rupiah berhasil mengikis depresiasi menjadi 0,07% ke level Rp14.140 per dolar AS. 

Tak hanya itu, kini rupiah juga mulai beranjak naik meninggalkan zona terbawah sebagai mata uang terlemah di Asia. Rupiah berhasil unggul 0,09% terhada yen, 0,09% terhadap ringgit, unggul 0,02% terhadap dolar Singapura, dan unggul 0,20 terhadap baht. 

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Lestari Ningsih
Editor: Lestari Ningsih

Bagikan Artikel: