Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Benarkah Smart Factory Masih Sulit Diterapkan di Indonesia?

Benarkah Smart Factory Masih Sulit Diterapkan di Indonesia? Kredit Foto: Medium
Warta Ekonomi, Jakarta -

Gelombang penerapan teknologi 4.0 di Indonesia terus berkembang demikian pesat. Mulai dari semakin moncernya kinerja perusahaan startup di bidang e-commerce, dompet digital, dan beragam lainnya hingga perubahan wajah industri konvensional yang terdorong untuk semakin go digital.

Di antara sekian banyak penyesuaian implementasi teknologi tersebut, konsep smart factory adalah salah satu bentuk terbaru yang mulai dilirik oleh sejumlah pelaku industri karena dapat mendorong kinerja pabrik menjadi semakin efisien sekaligus mendongkrak produktivitas.

"Secara teori, manfaatnya (smart factory) memang seperti itu. Tapi, secara praktik, juga tidak semudah itu karena penerapan smart factory berpotensi menambah biaya produksi atau biaya operasional pabrik," ujar Pengamat Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira Adhinegara kepada Warta Ekonomi beberapa waktu lalu.

Baca Juga: Implementasi Smart Factory, “Make The Business Great Again”

Penambahan biaya operasional tersebut, menurut Bhima, terpaksa ditanggung lantaran inti dari penerapan smart factory adalah pada ketersediaan jaringan infrastruktur digital yang cepat dan merata. Sedangkan sudah menjadi rahasia umum, kondisi jaringan internet di Indonesia cenderung sangat memprihatinkan.

"Faktanya, harus diakui kondisi bandwith di Indonesia masih terbilang 'jongkok' dan sangat tertinggal dibanding negara-negara lain. Jadi, agar (smart factory) bisa jalan, biaya jaringan internetnya pasti membengkak. Belum lagi, perangkatnya juga perlu peremajaan karena menggunakan teknologi terbaru. Lalu, soal Sumber Daya Manusia (SDM) juga jadi soal, apakah sudah terbiasa dengan teknologi terkini?" ungkap Bhima.

Dengan kondisi demikian, Bhima meyakini penerapan smart factory masih terbilang sulit dilakukan di Indonesia. Kalau pun bisa, hanya perusahaan-perusahaan besar dengan ukuran bisnis jumbolah yang diyakini Bhima bisa segera menerapkannya.

"Otomatif, tekstil, kimia, dan industri-industri padat modal lain, saya pikir yang bisa segera loncat ke sana (penerapan smart factory). Dan itu butuh usaha yang cukup high cost juga. Bagaimana pun, (smart factory) butuh jaringan internet yang kuat, dan itu belum tersedia di Indonesia atau ada, tapi mahal," tegas Bhima.

Baca Juga: Smart Factory Hanya 'Ramah' untuk Perusahaan Besar

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Taufan Sukma
Editor: Rosmayanti

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: