Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Jadi Ini Sebab Musabab Asing Tinggalkan Indonesia

Jadi Ini Sebab Musabab Asing Tinggalkan Indonesia Kredit Foto: Antara/Indrianto Eko Suwarso
Warta Ekonomi, Jakarta -

Investor asing sejak Maret 2019 ini tak berhenti menarik dana dengan melakukan aksi jual (nett sell) di pasar modal Indonesia. Jika dijumlahkan, total penarikan asing sepanjang bulan ini atau hingga  penutupan perdagangan kemarin mencapai Rp8,17 triliun. 

 

Head of Wealth Management & Client Growth Bank Commonwealth, Ivan Jaya mengatakan bahwa perkembangan perundingan perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan Tiongkok menjadi sentimen yang membuat pasar saham terkoreksi.

 

Menurrutnya, perundingan perang dagang tersebut diharapkan dapat terselesaikan sebelum batas waktu perjanjian tanggal 1 Maret 2019, namun tidak sesuai harapan di mana perundingan diperpanjang hingga pertengahan Maret 2019 karena kedua belah pihak masih belum menemukan titik temu perundingan. 

 

“Hal ini membuat investor asing yang awal tahun masuk ke pasar Indonesia memutuskan menarik dahulu sebagian dananya. Dana asing yang keluar tersebut menyebabkan penurunan IHSG. Di bulan Maret ini, arah pasar keuangan juga akan kembali fokus pada pertemuan lanjutan AS dan Tiongkok,” jelasnya, dalam keterangan resmi di Jakarta, Rabu (13/3/2019). 

 

Baca Juga: Asing Bawa Pulang Dana, Saham Bank Mandiri dan BCA Jadi Korban

 

Selain itu lanjut Ivan, sentimen lainnya yakni pertemuan AS Donald Trump dan Presiden Korea Utara Kim Jong Un yang bertemu untuk kedua kalinya pada bulan lalu untuk membahas hubungan antara kedua negara terkait nuklir dan pembangunan. Namun pertemuan kedua ini masih belum menemukan titik terang hubungan antara kedua negara tersebut.  

 

Kemudian, isu Brexit di Eropa juga menjadi salah satu sentimen dari luar negeri, dengan tenggat waktu yang semakin dekat dengan tanggal keputusan Inggris Raya meninggalkan Uni Eropa. Investor juga masih terlihat berhati-hati dengan perlambatan pertumbuhan ekonomi Dunia.

 

Sementara itu, dari dalam Negeri, Bank Indonesia memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan 7 Day Reverse Repo di angka 6,0% dengan pertimbangan bahwa potensi kenaikan suku bunga acuan AS di tahun 2019 tidak seagresif kenaikan di tahun 2018. Lalu, BI juga meyakini bahwa inflasi tahun 2019 dapat terkendali, dan kondisi pasar keuangan dunia yang mulai melihat kembali ke emerging market setelah adanya keyakinan bahwa perang dagang antara AS dan Tiongkok dapat diselesaikan dengan perundingan.

 

“Meski begitu, hasil laporan keuangan emiten di pasar saham Indonesia yang positif, fundamental ekonomi Indonesia dan kondisi politik yang relatif stabil, dapat menjadi sentimen positif yang menjadikan Indonesia sebagai salah satu negara tujuan investor asing,” ucapnya.

 

Baca Juga: Bursa Asia Bimbang Soal Brexit, IHSG Rebound di Akhir Sesi I

 

Selain itu, terang Ivan walaupun pertumbuhan ekonomi global diperkirakan akan melambat di tahun 2019, tetapi pertumbuhan ekonomi Indonesia diprediksi masih akan akan positif 5,0% - 5,4% sepanjang tahun 2019 dengan ditopang oleh daya beli konsumen yang terjaga dan dampak positif persiapan pemilu. 

 

Akan tetapi, Ivan menyebutkan ada beberapa agenda yang masih harus diperhatikan seperti perkembangan politik Inggris, terutama menjelang persetujuan proposal Brexit oleh Parlemen Inggris, pertumbuhan ekonomi global yang melambat, yang dimotori oleh perlambatan ekonomi Amerika Serikat dan Tiongkok, dan jelang Pemilu Legislatif dan Pemilu Presiden Indonesia tahun 2019.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Annisa Nurfitri
Editor: Annisa Nurfitri

Bagikan Artikel: