Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Koperasi Didorong Lakukan Hilirisasi Produk Pertanian

Koperasi Didorong Lakukan Hilirisasi Produk Pertanian Kredit Foto: Ning Rahayu
Warta Ekonomi, Jakarta -

Deputi Bidang Produksi dan Pemasaran Kementerian Koperasi dan UKM, Victoria br Simanungkalit, mengatakan pengembangan hilirisasi (industrialisasi) pertanian tidak saja ditujukan untuk meningkatkan jumlah pasokan bahan pangan dan jenis produk pangan di pasar, tetapi juga untuk meningkatkan ekonomi di perdesaan. Hal ini disampaikan Victoria pada pembukaan kegiatan Temu Lapang Dalam Rangka Korporasi Petani Model Koperasi Rapat Koordinasi Jadwal Tanam/Panen di Semarang, Selasa (12/3/2019).

Pada September 2017, Presiden Joko Widodo (Jokowi) meluncurkan gagasan korporasi petani dengan tujuan agar para petani terlibat dan mendapat nilai tambah dari proses pengolahan hasil produksi pertaniannya. 

Dimana petani harus mampu masuk ke industri, jangan lagi menjual produk mentah tapi harus mampu mengolah untuk memperoleh nilai tambah.

“Pemerintah sekarang sedang mendorong koperasi skala besar yang mampu kelola industri di perdesaan agar produk yang dijual itu berupa komoditi bernilai tambahbagi petani anggota koperasi," katanya. 

Baca Juga: Indonesia Angkat Koperasi di Pertemuan Wirausaha Sosial Asean

Menurut Victoria, tantangan terbesar industri pengolahan adalah kontinuitas pasokan bahan baku. Kerap kali industri terhenti karena putusnya pasokan bahan baku karena berbeda kepentingan antara kepentingan industri untuk memperoleh harga bahan baku murah dengan kepentingan petani untuk memperoleh harga jual yang tinggi. 

Akan tetapi, lanjut Victoria, permasalahan ini dapat teratasi apabila industri dimiliki oleh petani karena keuntungan pabrik adalah juga keuntungan petani. 

"Namun demikian akan sangat rumit apabila setiap individu petani langsung berperan sebagai shareholders dalam industri tersebut sehingga diperlukan lembaga koperasi yang akan berperan sebagai shareholders dimana koperasi sendiri adalah milik petani," katanya.

PUSKUD Jateng, KUD Pringgodani dan KSU Citra Kinaraya (Kab. Demak), serta KUD Bayan (Kab. Purworejo) menyambut gagasan tersebut dan bersama-sama menggagas proyek pendirian pabrik beras modern 100 persen milik petani yang nantinya akan menghasilkan beras kualitas premium dan juga specialty. 

Pabrik beras tersebut rencananya akan didirikan di wilayah Kabupaten Sragen dengan nilai investasi sebesar Rp40 miliar dan berkapasitas produksi 120 ton gabah (input) per hari yang bahan bakunya akan dipasok dari Kabupaten Demak, Kabupaten Purworejo, dan Kabupateb Sragen. 

Keempat entitas koperasi tersebut mendapat pendampingan dari Agriterra selak konsultan bisnis. 

Agriterra adalah NGO asal Belanda yang pada November 2018 lalu menandatangani Memorandum Saling Pengertian (MSP) dengan Kementerian Koperasi dan UKM Republik Indonesia tentang Pengembangan Korporasi Petani Model Koperasi untuk Hilirisasi/Industrialisasi Sektor Pertanian. 

Baca Juga: Kemenkop dan UKM Bersama Elemen Sosial Latih Pendamping UKM Ekspor

Pada Januari 2019, tim pendirian pabrik beras modern 100 persen milik petani telah melakukan audiensi kepada Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo, dan mendapat tanggapan sangat baik.

Koperasi selaku lembaga usaha dapat memasok kebutuhan bahan baku dan sarana produksi untuk melayani kebutuhan budidaya petani anggota koperasi sehingga dapat melakukannya secara efisien. 

Koperasi juga dapat mengolah dan memasarkan hasil pertanian anggota koperasi dalam skala usaha yang lebih besar (skala ekonomi). 

Koperasi perlu pengelolaan bisnis dan manajemen secara professional sehingga mampu beradaptasi dengan perubahan sistem bisnis global yang sangat cepat dan turbulensi. 

Untuk itu dilakukan Kegiatan Temu Lapang ini sebagai salah satu wadah silaturahim, pembelajaran, sharing informasi, strategi, pengembangan kemitraan, jaringan, dan forum diskusi antara tokoh-tokoh tani, petani anggota, dan koperasi-koperasi yang akan berinvestasi untuk pendirian pabrik beras modern 100 persen milik petani. 

Fokus kegiatan ini adalah diskusi terkait rekrutmen petani berdasarkan pembagian jadwal tanam/panen disertai presentasi dari PT Rutan dan PT Skill Indotimur Agung (produsen alsintan).

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Ning Rahayu
Editor: Kumairoh

Bagikan Artikel: