Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Negosiasi dengan SoftBank dkk, Uber Mau Lakukan Apa Tuh?

Negosiasi dengan SoftBank dkk, Uber Mau Lakukan Apa Tuh? Kredit Foto: TechCrunch
Warta Ekonomi, Jakarta -

Uber sedang dalam negosiasi dengan investor, di antaranya SoftBank Vision Fund untuk mengamankan investasi sebesar US$1 miliar untuk unit kendaraan otonomnya. Kesepakatan itu akan bernilai antara US$5 miliar dan US$10 miliar, menurut laporan dari The Wall Street Journal.

Berita itu muncul tak lama setelah Uber dilaporkan telah membakar uang sebanyak US$20 juta per bulan untuk pengembangan teknologi otonom. Artinya, Uber bisa menghabiskan lebih dari US$900 juta pada penelitian kendaraan otomatis sejak awal 2015.

Melansir TechCrunch (14/3/2019), Uber menolak mengomentari hal ini. Menurut WSJ, kesepakatan itu bisa ditutup segera bulan depan, tak lama sebelum perkiraan penyelesaian penawaran umum perdana Uber yang sangat dinanti-nantikan. Pada Desember 2018, Uber mengajukan dokumen yang diperlukan untuk IPO kepada Komisi Sekuritas dan Pertukaran AS untuk go public pada 2019.

Dokumen-dokumen itu diserahkan beberapa jam setelah kompetitornya, Lyft melakukan hal yang sama. Lyft sendiri meluncurkan S-1 awal bulan ini dan akan memulai debutnya di Nasdaq dalam waktu dekat.

Baca Juga: Berlomba dengan Lyft, Uber Optimis IPO pada Kuartal I-2019

Uber hingga saat ini telah mengumpulkan hampir US$20 miliar, kombinasi dari pendanaan utang dan ekuitas, membuat valuasinya mencapai US$70 miliar. Perusahaan itu dikabarkan tengah mencari dana untuk bisnis penyetiran otomatisnya untuk mempromosikan pertumbuhan dan penilaian unit.

Selain SoftBank, investor lain yang terlibat termasuk produsen mobil yang tak disebutkan namanya. Adapun penyokong Uber yang lainnya, yakni Toyota, SoftBank, T Rowe Price, Fidelity, dan TPG Growth.

Kerugian bersih Uber naik 32% dari kuartal ke kuartal pada akhir tahun lalu menjadi US$939 juta dalam basis proforma. Dari sisi EBITDA, Uber mengalami kerugian US$527 juta, meningkat sekitar 21%. Perusahaan itu mengklaim pendapatannya naik 5% qoq atau setara dengan US$2,95 miliar, naik 38% secara yoy.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Tanayastri Dini Isna
Editor: Rosmayanti

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: