Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Siapapun Presidennya, Enggak Berani Larang Azan dan Legalkan Nikah Sejenis

Siapapun Presidennya, Enggak Berani Larang Azan dan Legalkan Nikah Sejenis Kredit Foto: Antara/Dhemas Reviyanto
Warta Ekonomi, Jakarta -

Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengingatkan masyarakat banyak kabar bohong (hoaks) dan fitnah tumbuh subur menjelang pemilihan presiden (Pilpres) 2019.

Jokowi meminta masyarakat tak begitu saja percaya dengan hoaks dan fitnah yang disebarkan oleh pihak-pihak tak bertanggung jawab. Ia mencontohkan sejumlah hoaks dan fitnah baru yang muncul jelang pemungutan suara, di antaranya soal pelarangan azan, penghapusan pelajaran pendidikan agama, hingga melegalkan pernikahan sejenis.

Baca Juga: Ibu di Makassar Ini Kampanye Hitam, Sebut Jokowi Akan Hapus Pendidikan Agama hingga Ganti Pesantren

Karena itu, Jokowi menegaskan hal tersebut tak mungkin dilakukan oleh pemerintah mengingat Indonesia merupakan negara dengan penduduk islam terbesar di dunia. Selain itu Indonesia juga memiliki norma-norma yang berlaku di tengah masyarakat.

"Mau siapa pun presidennya enggak mungkin berani melakukan itu (melarang azan, menghapus pendidikan agama, dan melegalkan pernikahan sejenis)," ujarnya di Jakarta, Kamis (14/3/2019).

Baca Juga: Ustad Banyuwangi, Pelaku Kampanye Hitam ke Jokowi Diamankan

Ia meminta seluruh masyarakat tak termakan dengan isu-isu yang tak masuk akal itu. Jokowi juga meminta isu tersebut mempengaruhi masyarakat untuk menggunakan suaranya dalam pesta demokrasi lima tahunan.

"Jangan sampai karena kabar fitnah, karena kabar hoaks, karena kabar-kabar bohong kita jadi tterpengaruh dan meresahkan kita semuanya," imbuhnya.

Baca Juga: "Kondom Logo Jokowi-Ma'ruf Kampanye Hitam Biadab"

Menurut Jokowi, masyarakat harus memakai pikiran dan hati nurani bila ingin memilih calon pemimpin, baik itu pada pemilihan bupati, wali kota, gubernur, maupun presiden. Jokowi turut mengingatkan masyarakat agar tak terpecah belah karena perbedaan pilihan.

"Jangan sampai karena pilihan bupati, karena pilihan wali kota, karena pilihan gubernur, karena pilihan presiden itu tidak merasa sebagai saudara sebangsa setanah air lagi," tegasnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Irfan Mualim
Editor: Irfan Mualim

Bagikan Artikel: