Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Riset: Manusia Benci Robot yang Kompeten

Riset: Manusia Benci Robot yang Kompeten Kredit Foto: Istimewa
Warta Ekonomi, Jakarta -

Riset bertajuk Monetary-Incentive Competition between Humans and Robots: Experimental Results karya para peneliti Cornell University dan Hebrew University of Jerussalem mengungkap bahwa beberapa manusia memiliki kecemasan berlebih terhadap robot-robot baru.

Riset ini menunjukkan, ketika manusia dan robot bersaing untuk mendapatkan penghasilan atas pekerjaan mereka, produktivitas robot lebih tinggi. Manusia mulai merasakan seperti yang dikatakan oleh para peneliti, yakni efek keputusasaan. Itulah yang mungkin dirasakan oleh atlet catur dunia Garry Kasparov ketika dikalahkan oleh robot pintar besutan IBM, Big Blue. Atau ketika tim basket NBA Playoff Houston Rockets dikalahkan pasukan robot Golden State Warriors.

Baca Juga: Kabarnya, AI Bakal Semakin Menjamah Dunia Kesehatan, Ahli Bedah Robot?

"Bayangkan seorang kasir bekerja berdampingan dengan mesin check-out otomatis, atau seseorang yang mengoperasikan forklift di gudang, yang juga menggunakan robot pengiriman yang mengemudi tepat di sebelah mereka. Walaupun mungkin tergoda untuk merancang robot semacam itu untuk produktivitas optimal, insinyur dan manajer perlu mempertimbangkan kinerja robot dapat memengaruhi upaya dan sikap pekerja manusia terhadap robot dan bahkan terhadap diri mereka sendiri," kata salah satu peneliti, Guy Hoffman, yang juga asisten profesor di Sekolah Sibley Teknik Mekanik dan Luar Angkasa di Cornell.

Para peneliti juga menemukan bahwa ketika robot mulai lebih sering menang, manusia tidak hanya berkecil hati, mereka juga mulai tidak menyukai robot walaupun tidak memersonifikasi mesin itu dengan diri mereka. Meski manusia menyadari robot itu adalah potongan logam yang didesain oleh para insinyur dengan sedemikian rupa, mereka tetap saja kesal karena robot bisa mengalahkan mereka dengan mudah tanpa kerja keras.   

Yang mengagetkan, penawarkan iming-iming hadiah tidak memacu manusia untuk berusaha lebih keras. Mungkin perusahaan perlu membawa pembimbing untuk membantu manusia berasimilasi atau setidaknya menerima nasib mereka. Mungkin manusia akan merasa lebih baik jika, seperti yang dikatakan Bill Gates, robot dikenai pajak. Setidaknya mereka akan memiliki alasan untuk menertawakan robot di depan wajahnya atau lengannya. Namun, jika manusia dengan cepat berkecil hati, apa yang bisa dilakukan bos untuk moral para pekerjanya? Memberi mereka robot untuk dibawa pulang, yang bisa melakukan tugas sehari-hari?

Baca Juga: Akan Rilis Robotaxi di 2019, Produsen Mobil Nomor 1 AS Buka Lowongan Kerja 1.000 Orang

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Yosi Winosa
Editor: Rosmayanti

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: