Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Usulan Prabowo dan Sandi Dikritik, Jawaban Timses Mantap

Usulan Prabowo dan Sandi Dikritik, Jawaban Timses Mantap Kredit Foto: Antara/Indrianto Eko Suwarso
Warta Ekonomi, Jakarta -

Pengamat pendidikan, Darmaningtyas mengkritik usulan pasangan nomor urut 02 Prabowo Subianto-Sandiaga Uno yang akan meliburkan sekolah selama 1 bulan penuh selama bulan Ramadhan.

Koordinator Juru Bicara BPN Prabowo-Sandi, Dahnil Anzar Simanjuntak, mengatakan pihaknya menganggap usulan tersebut melanjutkan tradisi yang telah dilakukan mantan presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur). Wacana libur selama bulan Ramadan bertujuan agar siswa belajar tentang akhlak dan Islam yang rahmatan lil alamin.

"Kami percaya kebijakan Gus Dur dulu sangat visioner gitu ya. Belajar dari apa yang dilakukan Gus Dur, bagi kami itu sangat visioner mendorong kegiatan pendidikan agama di semua agama dan kemudian menumbuhkan sikap toleransi. Jadi justru kami percaya Gus Dur sangat visioner terkait dengan kebijakan dan kita akan lanjutkan," ujarnya di Jakarta, Minggu (17/3/2019).

Baca Juga: Sejak Kalah Pilpres 2014, Prabowo Tak Pernah Ungguli Jokowi

"Jadi nanti Kementerian Pendidikan akan buat kebijakan linkage dengan masjid, pesantren, supaya anak-anak kita semuanya diarahkan pada pendidikan agama Islam," sambungnya.

Menurut Dahnil, para siswa yang tidak beragama Islam juga akan diarahkan untuk belajar dengan rumah ibadah masing-masing. Fokus belajar juga tentang agama dan akhlak.

"Nah, selain itu kita juga akan memberikan pemahaman tentang pendidikan toleransi, kebhinnekaan. Selama satu bulan itu bisa jadi madrasah bagi agama apapun. Nah, itu kita ingin jadikan Ramadan itu sebagai simbol mempererat persatuan, mempererat kebhinnekaan," jelasnya.

Baca Juga: Ini Alasan Prabowo Tak Hadir di Debat Sandiaga

Sebelumnya, Darmaningtyas, menilai wacana pasangan Capres-Cawapres Prabowo Subianto-Sandiaga Uno yang akan meliburkan sekolah 1 bulan penuh selama puasa atau bulan Ramadan mundur ke 40 tahun. Wacana itu sudah tidak relevan untuk diterapkan saat ini.

"Bila kelak wacana tersebut direalisasikan, kita mundur ke belakang 40 tahun lalu," imbuhnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Irfan Mualim
Editor: Irfan Mualim

Bagikan Artikel: